Dan hingga kisah ini ku tuliskan, belum ada putus atas derita yang mendera. Bahkan, ketika ku lemah dan terbaring dalam sakitku, tiada lagi yang memperdulikanku termasuk saudaraku, kakak-kakakku. Mungkin itulah tujuan mereka, mengambil kendali atas diriku, membiarkanku lemah tanpa upaya untuk dengan mudah memperlancar mereka meraih egonya. Kuasa atas harta. Entahlah, bagaimana sedihnya ibu bapa melihatku disana. Hidup sebagai bungsu yang tersiksa. Seberapa ikhlas lagi yang harus ku lapangkan. Seberapa sabar lagi yang harus kuluaskan. Lihatlah, Si bungsu ini hancur dalam ikhlasnya dan runtuh dalam sabarnya.
Tak pernah tau diriku akan ujungnya, entah "salah bakal seleh" atau "jujur bakal ajur", entahlah siapa pemenang dalam pergolakan ini. Jelasnya, si bungsu ini mengejar kemenangan abadi dengan harap surgawi tanpa peduli siapa pemenang dalam medan duniawi. Namun daripadanya, lihatlah si bungsu ini dari surga, ibu bapa, tersenyumlah, berbanggalah kalian berhasil mendidik si bungsu menjadi lelaki yang sejatinya kuat, dengan bahu yang kokoh dan hati yang tak mudah roboh. Bungsu ini menunaikan amanahmu dan pengajaranmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI