Kami akhirnya mengumpulkan uang untuk bantu Sang kakek beli hp baru, ini sebagai bentuk perhatian kami agar urusan lancar. Maka dalam waktu sekejap terkumpul sejumlah uang yang kami rasa cukup untuk beli hp baru, meskipun bukan merk terkenal tapi cukuplah. Demikian pikiran kami, kemudian uang tersebut kami titipkan kepada Ibu pemilik warung sesuai dengan pesan Sang Kakek di dalam kertas yang dibaca oleh Kapten.Â
Setelah sholat Maghrib di Musholla warung makan, kami segera pulang kembali ke Jakarta. Beragam perasaan muncul dan menjadi pertanyaan kami semua, apakah semua benar yang terjadi pada hari ini. Mengapa Sang Kakek tidak muncul dan hanya memberikan informasi tertulis yang dititipkan kepada Ibu pemilik warung makan ? Ada apa dengan hp milik Sang Kakek yang saat kami bertemu dan bertukar nomor masih terlihat baik - baik saja ? Serta beberapa pertanyaan lainnya juga muncul. Ada pikiran negatif berupa prasangka penipuan dan ada juga pikiran positif yang mengharuskan kami untuk bersabar dan mengikuti proses yang ada. Diskusi hangat yang kemudian menjadi panas dengan argumen masing - masing menemani selama dalam perjalanan.
Setelah menempuh sekitar 5 jam perjalanan, kami pun tiba di Jakarta dan segera menuju ke rumah masing - masing. Beragam rasa bercampur aduk, dan hingga dini hari kami masing - masing  masih belum bisa memejamkan mata karena masih teringat kejadian hari ini. Beragam pertanyaan muncul yang menambah pusing serta menyisakan misteri bagi kami semua. Namun bagi kami, tujuan baik pasti akan bertemu dengan orang baik yang akan membantu. Dengan satu tekad untuk menambah modal usaha property kami.Â
Bersambung ke ... [#2 The Series : Harta Karun Sang Kakek].Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H