Wajar apabila sang Presiden disibukan, karena peranan berbagai kelompok mulai dari politik, agama, adat, suku, dan elemen lainnya juga ikut serta dalam penangangan kasus penistaan agama oleh Mantan Bupati Belitung Timur ini.
Mulai dari kunjungan keagamaan Pak Pres ke MUI, PBNU, hingga kehadiran berbagai tokoh politik, mulai dari hambalang, Beringin, PAN, Nasdem, bahkan orang terdekat sekaligus tertua di Partai Banteng Merah, Megawati Soekarno Putri.
Terdapat hal yang unik dari undangan makan siang sang Presiden, berawal dari niatan konsolidasi guna meredam konflik SARA yang berbaju politik oleh Ahok hingga berubah menjadi tren kedekatan tokoh per tokoh politik di Indonesia.
Dari sekian banyak partai nasional yang diundang ke istana untuk menyicipi masakan sang koki istana, tinggal dua perwakilan partai tersisa yang hingga kini belum kunjung datang, yakni PKS dan Partai Demokrat.
Demokrat Menginginkan
Bentuk keinginan pihak Demokrat untuk segera mengundang ataupun diundang oleh Presiden Jokowi dalam rangka menyantap makan siang berlauk politik di istana mulai deras disuarakan oleh kader-kadernya.
Setelah salah satu pernyataan kader Partai Demokrat Syarief Hasan yang mengatakan bahwa “ada baiknya kedua pemimpin ini bertemu saling klarifikasi tentang aktor 411”pada 21 November silam, kini statemen serupa juga dilontarkan oleh Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo. “Kami ingin tidak ada terus dorong-dorongan soal pertemuan kedua Bapak Bangsa ini, Pak Jokowi dan Pak SBY. Ini hanya masalah waktu saja. Tidak harus bertemu dalam waktu yang cepat” kata Roy Suryo, Kamis (24/11) malam.
Dari kedua statemen tersebut jelas sudah bahwa secara tidak langsung Cikeas juga menginginkan adanya komunikasi politik antara SBY dan Presiden Jokowi.
Entah itu perihal untuk memperbaiki situasi dan hubungan politik diatara keduanya terkait tuduhan tunggangan politik atau malah justru untuk menjadi lobby politik terkait beberapa kasus usam mulai dari hilangnya dokumen Tim Pencari Fakta (TPF) Munir, isu Korupsi di Proyek Listrik diera SBY, hingga kasus pembunuhan oleh Mantan Ketua KPK Antasari Azhar yang menyisakan beribu misteri.
Apakah bulan Desember akan menjadi bulan yang berkah bagi sang mantan Presiden untuk menjajaki kursi Istana lagi? Atau harus menunggu Lebaran “Kuda” yang masih belum jelas kesimpangsiurannya?
Kadang politik memang selucu itu.