Mohon tunggu...
I Putu Hendra Wirawan
I Putu Hendra Wirawan Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah di SD N 1 Melinggih Kelod yang juga merupakan Co-Kapten Belajar id

Lahir di Selumbung, sebuah desa tua di Karangasem Bali. Memulai karirnya sebagai guru di daerah terpencil di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2012, namun kini ia aktif menjadi Kepala Sekolah di SDN 1 Melinggih Kelod salah satu Sekolah Dasar di Payangan, Gianyar. Ia baru saja menyelesaikan Study Magisternya di Universitas Pendidikan Ganesha pada Program Pendidikan Dasar. Selain mengajar ia rutin membuat Buku Cerita Anak dengan menggandeng penggiat sastra dan ilustrator lokal. Hobinya saat ini adalah lari dan melakukan Yoga di sela-sela kesibukannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangkitkan Budaya Literasi dengan Alih Fungsi Ruang

31 Oktober 2023   08:03 Diperbarui: 31 Oktober 2023   08:07 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah sebagai sentra pendidikan penting untuk menyediakan tempat yang nyaman untuk belajar. Dimulai dari siswa bersemangat untuk pergi ke sekolah, bebas dari perundungan, serta mendapatkan hak belajarnya dengan layak.

Di SD N 1 Melinggih Kelod semenjak adanya Pandemi Covid-19 dan kegiatan belajar di rumah berlangsung, kegiatan literasi belum berjalan dengan maksimal walaupun perpustakaan darurat disediakan oleh sekolah. Sekolah pun masih belum bersiap dengan tatanan kehidupan baru yang biasa kita sebut dengan new normal. Dimana keadaan ini menyangkut dengan penyiapan ruangan kelas, jumlah buku paket, bahan ajar serta media pembelajaran, utamanya ruangan perpustakaan yang menjadi sebuah tempat siswa mencari sumber bacaan.

Dari data yang ditarik dari dapodik, SD N 1 Melinggih Kelod terdata memiliki 0 ruang perpustakaan, 1 ruang kepala sekolah, 6 ruang kelas, serta 1 ruang guru. Yang artinya sesuai data sejatinya sekolah belum memiliki ruang perpustakaan.

Di awal saya menjabat sebagai kepala sekolah di SD N 1 Melinggih Kelod di Bulan Januari 2023 ketika awal semester dua pada tahun ajaran 2022/2023 keadaan sekolah sangat memprihatinkan karena anggapan saya siswa belum memiliki tempat yang layak untuk mereka mengembangkan kemampuan literasinya.

Setelah dilakukan pendataan, ruang kepala sekolah ternyata merupakan ruang yang terbengkalai yang penuh dengan tumpukan buku dan barang bekas yang usang. Sebelumnya guru-guru memanfaatkan ruangan kepala sekolah ini sebagai gudang penyimpanan karena tidak pernah dibuka sehingga bisa dikatakan baunya tidak sedap ketika saya sendiri mencoba membuka ruangan tersebut.

Untuk analisis tempat, saya menemukan bahwa ada satu ruang yang dapat digunakan sebagai tempat untuk siswa mencari sumber bacaan yaitu ruang kepala sekolah. Namun terlintas di pikiran, untuk menata ruangan menjadi sebuah perpustakaan yang layak tidak cukup dengan ide saja. Dibutuhkan dana untuk menyulap ruangan berdebu ini menjadi sebuah ruangan yang indah dipenuhi buku-buku. Maka dibentuklah kesepakatan bahwa kepala sekolah ruangannya menyatu dengan guru-guru. Ruangan Kepala Sekolah akan dialihfungsikan menjadi perpustakaan yang nyaman dan menyenangkan untuk siswa.

Kepala Sekolah dan guru-guru sebenarnya sudah memiliki rencana yang matang agar anak-anak dapat memiliki perpustakaan yang layak dengan beragam buku bacaan di dalamnya. Namun kami terkendala Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang peruntukannya terbatas sekali.

Terlintaslah ide bahwasannya pembaruan ruang perpustakaan ini dengan melakukan kerjasama pada pihak ketiga yaitu dari Yayasan. Dimulai dari perombakan ruangan perpustakaan yang berdebu, pengalihan barang-barang ke Gudang sekolah,  pembersihan bahkan pengosongan tempat. Tentu hal ini tak lepas dari peran guru dan warga sekolah termasuk siswa sendiri yang membantu bersama-sama membersihkan ruangan ini.

 Hal awal yang kami galang untuk ruangan perpustakaan ini tentunya adalah bahan bacaan fiksi ataupun non fiksi. Kami memanfaatkan Social Media: Facebook dan Whatsapp untuk penggalangan Buku Bacaan ini. Tentu ini bukanlah sesuatu yang mudah karena penggalangan juga harus mendapatkan ijin dari atasan yaitu pengawas serta kepala dinas agar tidak menyebabkan permasalahan ke depannya.

Syukurlah, penggalangan buku yang kami adakan sukses menarik niat audien tergerak untuk berdonasi. Dimulai dari Dinas Perlindungan Anak Kabupaten Gianyar, Yayasan-yayasan setempat seperti Yayasan Bali Children Project bahkan donasi dari Sekolah lain serta donasi personal dari dalam maupun luar provinsi.

Kegiatan penggalangan buku ini berlanjut sehingga terdengarlah sampai di Sekolah Internasional yang berlokasi di Kerobokan Kaja, Badung. Adalah High Scope Indonesia Bali yang mengunjungi Sekolah kami dengan perjanjian awal mengadakan kolaborasi di bidang pengajaran, dan supervisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun