Mohon tunggu...
Wahyu Triyani
Wahyu Triyani Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Happy Wife, Happy Mom, Blogger, and Author

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kewarasan dan Kebahagiaan Seorang Ibu adalah Kunci Utama Kehangatan Keluarga

13 Maret 2018   21:25 Diperbarui: 13 Maret 2018   21:41 1803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waras yang saya maksud di sini adalah waras secara lahir dan batin. Bukan sekedar waras badannya tapi tidak dengan hatinya ataupun pikirannya.

Mungkin menjaga kewarasan badan lebih mudah dibandingkan menjaga kewarasan batin. Karena menjaga kewarasan badan bisa kita dapatkan ketika kita rajin berolahraga, menjaga pola makan, menghindari makanan/minuman beralkohol, dan lain sebagainya.

Sementara menjaga kewarasan batin?

Menurut saya pribadi ini agak sulit. Tetap dituntut waras ketika di kantor banyak kerjaan dan ada rekan yang kurang mengenakkan itu berat. Dituntut tetap waras menghadapi kerewelan anak saat pulang kerja dan capek itu sulit. Dituntut tetap waras menghadapi suami pulang kerja dan dia tengah mengeluh soal pekerjaannya sementara kita sendiri juga ada persoalan di kantor itu butuh perjuangan. Belum lagi jika kita masih tinggal serumah dengan mertua ataupun orang tua dan bahkan ipar. Menghadapi perbedaan pendapat tanpa emosi itu menguras hati.

Kalau sudah begitu, masihkah kita bisa tetap waras?

BISA.

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Cara saya menjaga kewarasan agar selalu bahagia adalah dengan cara :

  • Selalu berfikir positif

Selalu dan selalu berfikir positif terhadap apa yang terjadi di sekitar kita itu memang tidaklah mudah. Tapi, jika kita benar-benar niat, pasti bisa.

Cara saya agar selalu bisa berfikir positif adalah memulainya dari diri sendiri. Berfikir apa yang terjadi pada diri sendiri adalah sesuatu yang pastinya terbaik untuk diri sendiri. Saya juga cenderung lebih dekat dengan rekan-rekan yang memberikan aura positif terhadap saya. Seperti menghindari berkumpul dengan rekan tapi hanya bergosip. Saya lebih menghindari kawan yang suka mengeluh dan uring-uringan. Saya lebih cenderung menyibukkan diri sendiri.

  • Ikhlas menerima keadaan

Ikhlas itu berat. Butuh waktu malahan. Tapi percayalah, ketika kita ikhlas melepaskan sesuatu, ikhlas menerima takdir, ikhlas memberi, ikhlas memaafkan, percayalah... hati akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.

  • Berusaha bersabar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun