Mohon tunggu...
nash
nash Mohon Tunggu... Lainnya - jobseeker

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menilik Sejarah Jamu, Minuman Tradisional yang Jadi Warisan Budaya UNESCO

3 Juni 2024   23:42 Diperbarui: 4 Juni 2024   00:23 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah kamu, 27 Mei lalu baru saja diperingati sebagai Hari Jamu Nasional? Penetapan Hari Jamu Nasional ini bermula ketika eksistensi jamu di Indonesia mulai pudar. Tepatnya pada 27 Mei 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan 27 Mei sebagai Hari Kebangkitan Jamu Indonesia, sekaligus meresmikan minuman sehat ini sebagai kearifan lokal.

Dikenal sebagai ramuan herbal dari bahan-bahan alami, jamu tradisional sudah menjadi warisan berharga dari generasi ke generasi. Bahkan, jamu tradisional ini sudah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh UNESCO, lho!

Yuk simak sejarah jamu tradisional di Indonesia berikut!

Jamu sendiri merupakan gabungan dari kata "jampu" yang berarti doa atau obat, dan "husada" yang mengacu pada kesehatan. Ada juga yang mengatakan, jamu gabungan dari kata "Jawa" dan "Ngramu", sehingga mengandung arti ramuan yang dibuat oleh orang Jawa.

Namun pada intinya, jamu merupakan jenis minuman berkhasiat sebagai minuman kesehatan untuk mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit. Jamu ini juga disebut sebagai minuman bersejarah lho! Sebab, tradisi minum jamu sendiri diperkirakan sudah ada sejak 1300 M.

Mengutip dari laman jalurrempah.kemdikbud.go.id, , jamu disebut sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Hal tersebut dapat dibuktikan dari ilustrasi yang serupa dengan proses pembuatan jamu yang terdapat di berbagai lokasi, seperti situs arkeologi Liyangan, relief-relief di candi-candi, dan prasasti Madhawapura yang mengacu pada profesi peracik jamu dengan sebutan "Acaraki".

Perkembangan jamu sebagai minuman herbal berlangsung hingga era kolonial. Seorang ilmuwan bernama Jacobus Bontius pada abad ke-17 menggunakan jamu untuk mengobati Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen.  

Eksistensi jamu sempat mengalami penurunan, sampai akhirnya kembali populer pada 1940-an atau tepatnya pada masa penjajahan Jepang. Kala itu, jamu kembali populer setelah dibentuk komite Jamu Indonesia.

Menukil dari laman Indonesia.go.id, pada tahun 1974 hingga 1990 mulai banyak perusahaan jamu didirikan, yang membuat industri ini mengalami perkembangan pesat. Saat itu, pemerintah juga secara aktif memberikan pembinaan dan bantuan kepada para pelaku industri jamu untuk meningkatkan aktivitas produksi mereka.

Bahan Baku Jamu yang Berlimpah

Sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia kaya akan bahan baku Jamu yang berlimpah.

Dalam sejumlah sumber disebutkan, sebuah data dari Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengungkap, terdapat 32.013 ramuan obat tradisional dan 2.848 spesies tumbuhan sebagai bahan baku obat tradisional.

Jamu menyimpan banyak khasiat bagi tubuh. Dalam sebuah catatan dalam Serat Centhini (1814-1823), berbagai jenis tumbuhan obat dapat dipakai sebagai bahan baku jamu tradisional. Di mana, dapat mengobati beberapa jenis penyakit, seperti panas dingin, meriang, cacingan, cacar, dan bahkan berkaitan dengan saraf, batuk hingga mata.

Menjadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Masih mengutip dari laman Indonesia.go.id, budaya sehat jamu resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Komite Konvensi Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada 6 Desember 2023. Budaya sehat jamu menjadi WBTb Indonesia ke-13 yang berhasil dienkripsi ke dalam daftar WBTb UNESCO.

UNESCO menganggap, nilai budaya jamu sebagai salah satu sarana ekspresi budaya dan membangun koneksi antara manusia dengan alam. UNESCO juga mengakui, budaya sehat jamu sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDG's).

Kini, di tengah arus modernisasi dan kehidupan yang dinamis, tradisi minum jamu di Indonesia tetap hidup dan diminati oleh banyak orang, termasuk di kalangan generasi muda. Fenomena ini menunjukkan bahwa jamu tidak hanya sebagai bagian dari warisan budaya yang tetap relevan seiring waktu, tetapi juga menarik bagi generasi penerus bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun