Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Akhirnya Bertemu Loper Koran di RSCM, Media Cetak Masih Laku?

23 Oktober 2022   04:49 Diperbarui: 23 Oktober 2022   04:55 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Loper Koran bersama anak dan istrinya di depan RCSM, Jalan Dipenogoro, Jakarta akhir September 2022  (dok pribadi)

Sudah beberapa tahun saya tak pernah melihat lagi loper koran. Tak pernah melihat lagi kios-kios yang menjajakan koran dan majalah.

Pedagang koran yang biasa menjajakan media cetak di perempatan jalan, terminal bus dan stasiun kereta, kini seperti hilang ditelan bumi tanpa bekas.

Media cetak sudah digilas media online? Sudah tamat? Loper koran punah? Pertanyaan itu melinas pikiran saya.

Ah ternyata tidak, di depan pintu pengunjung RSCM yang selalu ramai, seorang loper koran dengan setia menjajakannya.

Saya pun membeli dua langsung karena kangen dengan isinya. Yakni satu koran Kompas  seharga Rp 6.000 satu lagi koran Warta Kota Rp 3.000 per eksemplar.

Karena sedang melakukan pengobatan, koran itu belum bisa saya baca. Saya pikir nanti dibaca di rumah.

Saya hanya membuka sepintas bahwa koran-koran itu kini tipis sekitar 12 halaman.

Bukan itu saja, di koran yang saya beli tak ada lagi iklan. Padahal pada masa jayanya selalu penuh iklan.

Eh sampai rumah tiba-tiba anak perempuan menanyakan apakah saya punya kertas koran untuk alas prakarya. Maka pikiran saya langsung tertuju pada koran yang baru saya beli di RSCM.

"Ada," jawab saya penuh percaya diri.

Sejak media cetak tak lagi gampang dibeli, mencari koran untuk bungkus atau alas memang sebuah kegiatan yang tak mudah lagi dilakukan.

Dulu kertas koran selalu menumpuk bahkan terpaksa diberikan kepada tukang rongsokan. Dan bagi tukang rongsokan, tumpukan kertas koran juga bermanfaat untuk dijual lagi.

Maka tak heran, beberapa tukang rongsokan berani membeli kertas koran yang tak terpakai dalam kiloan.

Sebelum akhirnya bertemu loper koran di RSCM di Bulan September, beberapa tahun sebelumnya saya pernah mengamati loper koran di Stasiun Depok Baru.

Ia berdiri diantara antrean calon penumpang  yang hendak membeli tiket elektronik.

Hingga 15 menit saya mengamati, sambil mejemput anak pulang dari kota lain tempatnya kuliah, koran ditangan sang loper tak ada yang membeli.

Para calon penumpang KRL Commuterline yang menghampiri lebih memilih membeli tisu dibanding koran.

Apakah tisu lebih penting dibanding koran? Bukan itu jawabannya. Tisu belum tergantikan, sementara koran sudah digantikan handphone.

Baca berita tak lagi perlu membeli koran, penumpang KRL Commuterline bisa melihatnya melalui layar handphone.

Setelah itu tak pernah lagi terlihat ada loper koran di Stadebar.

                                               ***

Beberapa hari kemudian saya bertemu lagi dengan loper koran tersebut.

Kali ini ia sedang bersama anak dan istri karena ada keperluan.

Meski demikian ia tetap menenteng setumpuk koran dan saya tak lupa mengabadikannya.

Saya juga minta waktu untuk mengobrol, dia tampak menyambut dengan senang hati.

Kami duduk sebentar di pagar RSCM yang bisa diduduki.

Loper koran tersebut mengaku bernama Anshori namun biasa dipanggil Bang Jai (56 tahun)

Ia sudah lama menjadi loper koran di sekitar RSCM.

Bedanya dulu ia bukan hanya menjajakan eceran tapi melayani langganan koran, para pegawai RSCM.

"Ya kalau penghasilan memang jauh. Dulu pelanggan saya banyak di dalam rumah sakit, sekarang tinggal jual eceran,"katanya.

Bang Jai pun menyebut koran-koran yang masih dijajakannya hingga kini seperti Kompas, Warta Kota, Berita Kota, Bisnis Indonesia, Media Indonesia, Sindo, Republika dan masih banyak lagi.

Ia mulai kerja sejak pagi hari hingga pukul 11.00 WIB.

Setiap hari koran yang jajakannya selalu ada yang membeli meski tak banyak.

Beragamnya pengunjung di RSCM diduga menjadikan alasan koran masih ada yang mengkonsumsi.

Pengunjung RSCM lazimnya  menunggu mininal setengah hari atau seharian untuk mendapatkan nomor, antre dokter hingga antre obat.

Dan setiap hari, minimal ia memperoleh uang Rp 75.000 hingga Rp 150.000.

Siapa yang masih mencari informasi melalui koran?

Bang Jai mengakui bahwa umumnya orang-orang tua yang masih membacanya.

Di akhir obrolah saya pun memberikan uang jajan untuk anaknya.

Eh tak diduga Bang Jai juga minta jatah, saya sempat terkejut.

Sebagai orang yang merasa dibesarkan di koran, saya pun dengan ikhlas membuka dompet dan memberikan uang secukupnya.

Sehat terus ya Bang...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun