Istana menyatakan bahwa Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Madya TNI Agus Supriatna belum tentu mendapat giliran menjadi Panglima TNI. Lalu siapa?
Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Menteri Koordinator Bidang Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno, Jumat (5/6) dan disusul Wapres Jusuf Kalla keesokan harinya. "Belum tentu (Kasau), itu tergantung Presiden. Hak prerogatif Presiden," kata Ryamizard, di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/6) seperti dikutip kompas.com.
Ryamizard mengatakan, hingga saat ini belum ada pembahasan bersama Presiden terkait calon Panglima TNI. Namun, ia memastikan bahwa calon Panglima TNI merupakan kepala staf aktif sesuai sistem rotasi Panglima TNI yang tertuang dalam Pasal 13 ayat (4) UU Nomor 34/2004 tentang TNI.
Adapun tiga nama kepala staf aktif yakni Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Agus Supriatna dan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Ade Supandi.
Tadinya, Kasau Marsekal Agus Supriatna paling berpeluang menjadi Panglima TNI menggantikan Jendral Moeldoko yang pensiun bulan depan karena pertimbangan giliran. Dengan pernyataan Ryamizard, Tedjo Edhy, dan Jusuf Kalla membuat peluangnya menjadi paling tipis.
Apalagi Agus baru menjabat KSAU sejak 2 Januari 2015. Lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1983 itu mengalami percepatan kenaikan pangkat dua kali dari Marsekal Muda, Marsekal Madya, hingga Marsekal. Tepatnya dari Wairjen TNI Itjen TNI, Kasum TNI hingga menjadi KASAU seperti sekarang.
Nah peluang berimbang tampaknya ada pada Kasal Laksamana Ade Supandi dan Kasad Jendral Gatot Nurmantyo. Ade bisa saja dipilih Jokowi jika alasannya memperkuat visi kemaritiman dalam pemerintahannya.
Ade diangkat menjadi KASAL 31 Desember 2014 menggantikan Marsekal Marsetio yang memasuki masa pensiun. Sebelumnya Ade Supandi pernah menjabat sebagai Gubenur AAL (2010), Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (2011), Asrena Kasal (2012), dan Kasum TNI (2014).
Meski Panglima TNI baru saja dijabat Moeldoko yang sebelumnya menjadi Kasad (2013), Gatot Nurmantyo kini juga berpeluang menggantikannya. Salah satu pertimbangan memilih Nurmantyo adalah karena ia paling senior diantara kepala staf, yakni lulusan Akmil 1982. Ia menjadi Kasad 5 Juli 2014 menggantikan Jendral FX Budiman. Apalagi Nurmantyo pensiun masih lama yakni Maret 2018.
Selain lebih senior, pengangkatan FX Nurmantyo akan memberi peluang pergerakan gerbong jendral di bawahnya. Sedikitnya ada delapan perwira tinggi berpangkat Letjen yang mengincar posisi jendral. Mereka adalah Wakasad: Letjen TNI Muhammad Munir (angkatan 1983, pensiun Okt 2016), Pangkostrad: Letjen TNI Mulyono (angkatan 1983, pensiun Januari 2019), Dankodiklatad: Letjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus (angkatan 1981, pensiun Juni 2015), Dansesko TNI: Letjen TNI Sonny Widjaja (Angkatan 1982, pensiun Januari 2016). Sekjen Kemhan RI: Letjen TNI Ediwan Prabowo (Angkatan 1984, pensiun Oktober 2019), Irjen TNI: Letjen TNI Syafril Mahyudin (Angkatan 1982, pensiun April 2016), Sesjen Wantannas: Letjen TNI Waris (Angkatan 1981, pensiun Desember 2015), Sesmenkopolhukam: Letjen TNI Langgeng Sulistiyono (angkatan 1980, pensiun April 2015).
Belum lagi puluhan Mayjen dan Brigjen yang juga butuh peluang meniti karier. Bagaimanapun jumlah organisasi TNI AD memang beberapa kali lipat jumlah dibanding personil TNI AL dan AU. Menurut Wikipedia, Jumlah prajurit TNI AD: 273.693 orang, angkatan laut 68.180 personil, sedang prajurit TNI AU 27.590 orang. Dengan pertimbangan organisasi, menjadikan Panglima TNI kembali dipegang AD tampaknya sebuah kebutuhan.
Meski demikian, publik kini menunggu kemungkinan Jokowi membuat "kejutan" dengan pertimbangannya dalam memilih Pangilma TNI pengganti Jendral Moeldoko.
Baca Juga
Ini Calon Panglima TNI Pengganti Moeldoko
Bintang Empat TNI AD, Siapa berikutnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H