Oh ya mengingat orang-orang. Mardi jadi ingat pasangan Muniroh-Sarwadi yang paling nggak suka dengan keberadaannya. Pasangan tak punya anak itu pernah mengusirnya jauh-jauh saat ia mangkal depan rumahnya.
Masalahnya, rumah pasangan itu memang strategis. Berada di tusuk sate salah satu pertigaan komplek perumahan yang biasa disinggahi odong-odong Mardi. Kebetulan di depan rumah Muniroh-Sarwadi ada pohon besar dan teduh. Pelanggan dan dia sendiri nyaman berada di bawahnya. Sekali dua kali Mardi mangkal di sana, aman-aman saja.
Eh suatu hari, pasangan itu keluar bersamaan dan mengusir Mardi dengan kata-kata yang tak enak didengar. "Dasar odong-odong tak tahu diri. Dibiarin sekali dua kali nggak sadar. Berisik tahu. Pergi sana, jangan mangkal di sini."
Tak ada alasan bagi Mardi untuk melawan. Sejak itu, ia mencari tempat mangkal, jauh dari rumah pasangan Muniroh-Sarwadi. Sejak itu ia jadi tahu, bahwa pasangan itu memang terbilang resek dan sering bermasalah dengan warga sekitar. Keberadaan odong-odong Mardi pun pernah diadukan ke pengurus RT.
"Pokoknya yang waras ngalah deh." Pak RT berbisik pada Mardi dalam sebuah kesempatan.
***
" Kamu kenal dengan keluarga pasangan Muniroh dan Sarwadi?" Pertanyaan itu membangunan Mardi dari lamunannya.
"Kenal sih tidak, tapi tahu." Jawab Mardi dengan pikiran yang meraba-raba.
"Katanya kamu sudah diperingatkan untuk tidak mangkal di depan rumahnya?"
"Bukan hanya diperingatkan, Pak. Tapi disuruh pergi. Diusir!"
"Dan kamu membandel?"