Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Mirror] Kisah Kematian Kakek Sakti

12 Desember 2011   04:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:28 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

[caption id="attachment_147401" align="alignnone" width="600" caption="ambulan tua (google)"][/caption]

Budiman tampak sangat sibuk. Setelah mengantar anak ke sekolah, ia bersiap mengantar tetangga sebelah rumah ke rumah sakit. Ya, ke rumah sakit.

Pagi itu dokter memberi tahu bahwa kakek Marbuat, tetangganya, tak lama lagi meninggal dunia. Faktor usia yang sudah hampir 90 tahun plus berbagai penyakit membuat nyawanya tak mungkin tertolong.

Budiman  sempat menjenguk sang kakek pada hari pertama dirawat di rumah sakit. Berada di ruang ICU, kondisi kakek Marbuat memang memprihatinkan. Sedikitnya empat alat bantu, termasuk selang infus  terpasang di tubuhnya. Hanya gerak nafas yang masih menandakan bahwa sang kakek masih hidup.

Bapak dua anak itu percaya bahwa kakek Marbuat yang sudah sejak 10 tahun menjadi tetangganya  tak mungkin sembuh seperti sedia kala. Dokter bilang, bila alat bantunya dicabut, maka dalam hitungan jam nyawanya akan melayang.

Makanya semua anak harus berada di rumah sakit pada detik-detik terakhir menjelang ajal kakek Marbuat. Sebagai tetangga terdekat, Budiman  menawarkan diri untuk mengantar mereka ke rumah sakit. Tujuannya biar lebih cepat dan nggak repot dibanding naik angkutan umum. Apalagi sebagian anak kakek Marbuat datang dari luar Jakarta.

Meski percaya usia sang kakek takkan panjang lagi, Budiman sebenarnya tak percaya dengan prediksi dokter tentang kematian. "Soal kapan seseorang meninggal dunia hanya urusan Tuhan semata," ucap Budiman  yang diikuti anggukan istrinya.

Benar saja. Setelah sejumlah alat bantu dicabut, kondisi sang kakek malah membaik. Tekanan darah yang tadinya dibawah 40 mmhg menjadi 100 mmhg.

Memang hal itu tetap saja tak membuat kakek Marbuat sadar, apalagi diajak berkomunikasi. Yang pasti sejak itu ia masih bernafas hingga seminggu kemudian.

Dokter yang merawat sang kakek hanya geleng kepala. Prediksinya sebagai seorang dokter dengan jam terbang puluhan tahun kali ini meleset.

Belakangan diketahui bahwa sang kakek sudah lama mendalami ilmu kebatinan dan tingkatannya sudah master. Energi dari ilmu yang dipelajari itulah membuat ia menjadi sosok bukan manusia biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun