Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Indonesia Kini Adalah

21 November 2011   03:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:24 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia kini adalah tukang ojek

Mereka ada di mana-mana, tumbuh pesat tanpa direncanakan

Mereka hadir di setiap perempatan jalan,mulut gang, atau depan perumahan

Ojekers adalah tanggapan atasburuknya transportasi yang tersedia

Ojekers adalah jawaban atas tak sabarnya orang-orang kita

Ojekers juga solusi atas minimnya lapangan kerjauntuk mereka

Bayangkan jika tak ada tukang ojek, mungkin kekecauan akan tercipta

Indonesia kini adalah mini market

Toko serba ada dilengkapi pendingin ruangan itu ada dimana-mana

Namanya Indomaret, Alfamart, Alfamidi, Cricle K dan masih banyak lagi

Ribuanusaha kecil serupa gulung tikar karena kehadirannya

Pejabat daerah dan wakil rakyat ikut resah, toh kehadirannya tak dicegah

Tidak bisakah usaha kecil itu dibina hingga tumbuh sepertiminimarket juga.

Indonesia kini adalah pentas Pilkada

Setiap tahun ratusan miliar uang negara dibuang demi pentas pilkada

Padahal pelaksanaanya penuh kecurangan, bahkan korban jiwa

Selanjutnya kepala daerah terpilih bikin kebijakan sesuai jidatnya

Korupsi tak bisa dikendalikan, rakyat kebanyakan terpinggirkan

Pilkada dengan segala eksesnya malah seolah jadi ciri khas demokrasi kita.

Indonesia kini adalah para koruptor

Seperti wabah, para koruptor menyebar dari pusat hingga daerah

Kebijakan otonomi daerah eh diikuti dengan otomonikorupsi

Ada koruptor dihukum, tapi masih banyak lagi yang berkeliaran

Tatkala koruptor banyak yang divonis bebas di pengadilan tipikor

Keraguan pun muncul, bagaimana kita bisa bikin jera mereka?

Indonesia kini adalah putus asa

Keadaan lebih baik diyakini sulit diperoleh dalam waktu dekat kini

Semua kebijakan pemerintah hanya seolah-olah berpihak pada rakyat

Omongan pejabat tak bisa dipegang, polah wakil rakyat menambah kebencian

Nyaris tak ada lagi tokoh yang bisa dijadikan teladan

Rakyat pasrah, putus asa, dan tak sedikit yang masa bodoh

Mereka berperilakuseenaknya seperti dilakukan para elitenya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun