Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Duka PSK Hamil Tua

22 Juni 2011   14:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:16 27944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_115520" align="alignleft" width="300" caption="warta kota/ichwan chasani"][/caption] Akhirnya, lewat perantara kami berhasil mewawancarai PSK hamil tua yang tempo hari terjaring razia Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bekasi di sekitar Jalan Raya Ahmad Yani, Rabu (15/6) malam lalu. "Ya namanya orang hamil saya tak bisa lari saat ada razia. Temen-temen lain pada kabur." Begitulah PSK berusia 22 tahun yang punya nama panggilan Ocha. Tentu saja itu bukan nama aslinya. Perkenalan Ocha dengan dunia prostitusi dimulai dengan pergaulan di dunia gemerlap (dugem). Awalnya diajak teman menikmati clubbing di sejumlah diskotik dan karaoke di wilayah Tamansari, Jakarta Barat. Hal itu tak sepengetahuan orangtuanya. Seiring waktu berjalan Ocha pun ketagihan. Ia pun kemudian merasakan berhubungan badan dengan lawan jenis di dunia dugem tersebut ketika usianya 19 tahun. "Waktu pertama melakukannya, masih agak-agak mabuk gitu, tapi nggak sampai parah sih. Untungnya masih pakai pengaman," tuturnya ringan. Ia lalu pindah kos ke kawasan tempat hiburan malam itu. Teman satu kamarnya memperkenalkan Ocha kepada beberapa lelaki pengunjung diskotek atau tempat karaoke. Mulanya sekedar menemani tamu-tamu itu untuk menyanyi dan minum-minum bersama. Selanjutnya  menjadi hal biasa ketika dibooking tamu-tamunya. Tarif yang pernah dinikmati adalah Rp 2 juta dari seorang pria keturunan. Sejak itulah, Ocha menjadi perempuan panggilan.  Hampir empat bulan dia melakoni peran itu. Sempat beralih kerja di sebuah tempat spa, masih di wilayah Tamansari, namun kemudian mengundurkan diri. "Saya nggak kuat, tiap hari harus praktik memijat. Jempol sampai kelu," ucapnya. Berbeda dengan peran sebelumnya sebagai perempuan panggilan freelance, Ocha kemudian menjadi perempuan panggilan tetap alias menjadi anak seseorang yang biasa dipanggil Papi. Dia hanya terima panggilan untuk kemudian meluncur ke tempat pelanggan dari hotel ke hotel. Untuk short time, tarifnya turun jadi Rp 500. 000 sekali dayung. Dari tarif segitu, Ocha hanya ternyata menerima bagian Rp114.000. Sungguh pembagian tak adil. Ocha pun hanya bertahan sebulan kemudian pulang ke rumah orangtuanya di Bekasi. Di Bekasi ia masih satu dua kali melayani panggilan langganannya. Ketika panggilan berkurang ia mendatangi komplek GOR Kota Bekasi dan bertemu Bunga yang kini menjadi penghubung dengan sejumlah lelaki hidung belang. Di sanalah Ocha menjalin hubungan alias dengan seorang pria yang kemudian menjadi pacarnya. Melihat keseriusannya, Ocha pun memperkenalkan sang pacar kepada orangtuanya. Orangtua tentu saja bergembira. Rencana menikah pun digelar. Tapi dasar Ocha saking percayanya dengan sang pacar tak lagi menggunakan pengaman saat berhubungan intim sehingga kehamilan tak terhindarkan. Parahnya sejak itu sang pacar tak pernah lagi muncul dan memberi nafkah seperti semula. Karena tak punya uang untuk persiapan hamil,  Ocha terpaksa turun ke jalan lagi untuk menjaring tamu. "Mau makan pakai apa? Ibu saya di rumah sudah banyak tanggungan. Siapa yang mau nanggung biaya buat lahiran anak," kilahnya. Nah meski hamil ternyata ada saja yang meminatinya. Rata-rata lelaki yang ingin tidur dengannya adalah pria  berusia di atas 35 tahun. Beberapa dari mereka beralasan, hanya ingin merasakan sensasi saja berhubungan badan dengan perempuan hamil. Kadang ada juga tamu yang malah sama sekali tak mengajaknya berhubungan badan, hanya diajak ngobrol atau mengelus-elus perutnya. Lalu memberinya uang sesuai tarif kesepakatan awal yakni Rp 200.000. Ke depan, Ocha yakin akan menikah dengan pacarnya atau bapak janin yang ada diperutnya. Setelah itu dia akan berhenti total dari praktik menjajakan diri. Dia juga berharap bisa memperoleh pekerjaan halal selepas proses kelahiran bayinya yang diperkirakan lahir 15 Juli 2011 dan berjenis kelamin perempuan. Mudah-mudahan harapan Ocha tercapai. *** Esok harinya seorang pembaca menelepon bahwa ia berminat menjadikan Ocha istrinya. Kami lalu menjelaskan bahwa Ocha sudah punya pacar seperti ada dalam tulisan.  Ia masih berhubungan dengan sang pacar yang berjanji tetap menikahinya. Eh, pembaca itu bilang bahwa dia juga mau mengadopsi anak Ocha. Tapi kami meragukannya. Sumber: Wartakotalive.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun