Solihin mengatakan, selama ini ternyata banyak pedagang yang dirugikan karena menerima uang yang sudah tidak utuh lagi. Hal itu bisa terjadi saat si pedagang tidak sempat mengecek kondisi uang saat ada pembeli datang ke warung atau kiosnya.
”Kalau ada warga yang iseng, uang kertas yang sudah rusak digulung-gulung biar enggak ketahuan, terus dibelanjakkan. Nah, sering kali pedagang enggak sempat ngecek, tahunya belakangan dan akhirnya pedagang itu jadi dirugikan,” tutur Solihin.
Biasanya Solihin menukarkan uang rusak itu ke kantor BI di Bandung.”Kalau ke Jakarta, kejauhan, makanya ke Bandung saja, kebetulan saya tinggal kan di Cipanas,” katanya.
Sebelum menjadi pemburu uang rusak, Solihin menggeluti usaha kredit barang rumah tangga. Namun usaha itu bangkrut, karena terlalu banyak warga yang tidak membayar utang kreditan barang yang diambilnya.
Ada pun awalnya Solihin terjun sebagai pemburu uang kertas rusak terjadi secara tidak sengaja. Saat itu, katanya, dia hendak menyetorkan uang ke Bank BRI di Majalengka, tapi ditolak orang bank karena ada beberapa uangnya yang sobek.
“Terus saya tanya ke orang bank itu, kemana saya harus menukarkan uang rusak ini. Dijawab sama orang bank, bawa saja ke BI pasti diganti. Dari situlah saya mencari informasi soal itu sampai akhirnya saya datang ke BI untuk menanyakan langsung mengenai penukaran uang rusak,” ujarnya.
Dengan modal Rp 5 juta, mulailah Solihin berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya untuk berburu uang rusak. Pria yang sudah dikaruniai belasan cucu ini juga menyambangi pasar tradisional, karena di tempat itu banyak pedagang yang menyimpan uang rusak atau lusuh yang sudah tidak digunakan lagi.
Dan sekarang setelah hampir satu tahun menggeluti usaha penukaran uang rusak, jejak Solihin diikuti lima anaknya. Seperti juga sang bapak, lima anak Solihin berkeliling kampung untuk memburu uang rusak yang ternyata merupakan mata pencaharian menjanjikan.
DAFTAR HARGA UANG RUSAK VERSI SOLIHIN
·Rp 500 jadi Rp 250
·Rp 5.000 jadi Rp 3.000.
·Rp 10.000 jadi Rp 7.500
·Rp 20.000 jadi Rp 15.000.
·Rp 100.000 jadi Rp 80-90,000
Karena unik, tulisan ini saya daur ulang dengan data lebih lengkap dari tulisan yang sudah dipublikasikan Warta Kota Edisi 5 April 2011
peliput: soewidia henaldi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H