Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mamat yang Inspiratif

10 Mei 2011   16:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:52 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mamat hanya tersenyum saat membaca pengumuman lomba membuat tulisan inspiratif di kantornya.  Ingin rasanya ia ikutan lomba itu, tapi apa daya, ia bukan golongan yang memenuhi syarat dalam perlombaan yang dimaksud.

“Tapi kalaupun boleh, mana aku bisa menulis. Aku kan bukan jurnalis,”kata Mamat seolah membuyarkan lamunan yang dibikinnya sendiri.

Ya Mamat sudah setahun lebih bekerja di perusahaan  tersebut sebagai office boy (OB). Ia senang meski posisinya sebagai karyawan paling bawah dengan status outsourcing pula. Mamat bahkan merasa seperti bagian dari keluarga besar di perusahaan tersebut.

Ia hafal dengan kebiasaan hampir semua karyawan di perusahaan itu. Ia juga mengenal karakter masing-masing bidang seperti di bagian wartawan, SDM, TI, produksi, sekertaris redaksi dan sebagainya.

“Tak ada yang bisa mengerjakan semua bagian. Setiap orang punya keahlian masing-masing, “ pikir Mamat sambil mencuci gelas-gelas kotor yang menjadi salah satu tugas kesehariannya.

Dan untuk bisa ahli, tak bisa diperolehnya secara gratis. Harus sekolah, belajar tiada henti, dan latihan setiap hari. “Tapi selain itu, nasib seseorang juga ikut menentukan,” ucap Mamat lagi, lalu tersenyum sendiri.

Ia lantas membandingkan dengan rekan-rekan sekolahnya di SMA yang masih menganggur. Cerita para karyawan lain yang ia kenal juga seperti itu. Banyak sarjana pengangguran di luar sana. Membayangkan itu, Mamat merasa bersyukur.  Paling tidak nasibnya masih lebih baik dibanding beberapa kawan sekolahnya.

Karena hidupnya dipenuhi rasa syukur, Mamat menjalankan kesehariannya tanpa beban. Ia pun seolah menjelma menjadi OB paling dikenal di kantor tempatnya bekerja. Sebaliknya Mamat bukan hanya kenal orang per orang, ia juga hafal selera setiap orang di kantor tersebut.

“Mat, beri aku inspirasi dong. Aku disuruh bikin tulisan inspiratif nih,” ucap seorang wartawan mengagetkan Mamat.

Namun Mamat sadar bahwa wartawan itu tak serius minta pendapatnya. Karena itu ia juga tak menanggapinya. “Bagaimana kalau saya bikinin kopi, bos,” ucap Mamat.

Wartawan itu mengangguk. Mamat pun langsung mengambil cangkir dan menyeduh kopi saset merek tertentu yang menjadi favorit sang wartawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun