Mohon tunggu...
Wiwid Prasetiyo
Wiwid Prasetiyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta yang berjuang dengan menjadikan buku buku sebagai pintu rizki

Penulis lebih dari 30 buku dengan bernagai genre mulai dari novel hingga religius islami

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Semarang, Surganya Soto

5 Februari 2023   07:21 Diperbarui: 5 Februari 2023   07:24 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah agak berlebihan atau memang saking cintanya saya pada kota ini, hingga berani menyatakan pendapat pribadi ini. Semarang sebagai kota soto agaknya memang belum populer daripada Semarang sebagai Kota Lunpia, Kota Wingko Babad hingga Kota Bandeng Presto. Padahal dua julukan kota yang disebut terakhir bukan berasal dari Semarang asli. Wingko berasal dari daerah Babad Ungaran, yang dari kota itu justru lebih terkenal Tahu Baksonya, daripada wingko yang diklaim menjadi ciri khas oleh-oleh kota Semarang. Sedangkan Bandeng Presto berasal dari Juana, sebelah utaranya Kabupaten Pati.

Lantas, mengapa saya mengatakan Semarang sebagai surganya Soto, karena saking banyaknya pedagang soto, dari yang mangkal sampai yang keliling sampai ke pelosok-pelosok kampung. Soto tidak hanya ada di pagi hari, sore bahkan malam juga ada saja penjual soto yang keliling.

Kepopuleran soto mungkin sama seperti bakso bagi warga Wonogiri, siomay bagi orang Bandung hingga bakwan dari Kawi Malang. Anehnya setiap hari makan soto, warga Semarang tidak pernah bosan, sotonya memang khas, kuahnya bening tetapi dari kaldu ayam. Ada yang sedikit keruh, tetapi sebetulnya itu karena dicampur dengan bawang dan miri.

Dibanding dengan Soto Boyolali yang sederhana dengan taoge, daun loncang, selederi dan bawang merah goreng, Soto Semarang lebih komplit rancapannya mulai dari mie putih, taoge, daun loncang, seledri hingga bawang merah goreng. Rasanya yang cenderung gurih cocok dengan cita rasa warga Semarang, berbeda dengan Soto Lamongan yang cenderung asin dan menggunakan bubuk koya yang semakin menambah asin.

Sekalipun di Semarang dijajah oleh soto-soto dari daerah lain, Coto Makassar yang ada di dekat Bangkong, Soto Lamongan di Rejosari hingga Soto Kemiri khas Pati yang ada di Timur Mranggen, Soto Semarang punya pasar tersendiri, para penggemarnya dari warga Semarang yang lidahnya sudah menyatu dengan selera yang disukai warga Semarang.

Seiring dengan berkembangnya tiktok yang membahas tentang kuliner Semarang, banyak yang membahas Soto Semarang, salah satunya Soto Bokoran yang ada di Jalan Plampitan. Dinamai Soto Bokoran karena kuah sotonya diletakkan dari bokor dari tanah liat. Tetapi jangan lupakan Soto Neon, Soto Bangkong hingga Soto Sapi yang ada di Jalan Unta. Diantara jenis pengusaha soto yang saya sebutkan tadi, Soto Bangkong adalah yang paling legendaris.

Diawali dari Pak Karno yang menjajakan sotonya keliling kampung, hingga akhirnya menetap di Bangkong, sebelah timurnya kantor pos Bangkong. Bangkong sendiri sebenarnya perempatan yang ada di Jalan MT Haryono (utara dan selatannya) dan penghubung antara jalan Majapahit setelah MULO dan Jalan Ahmad Yani yang mengarah ke Simpang Lima. Nama Bangkong mengacu pada namKetika saya di a kodok bangkong yang dulu banyak di daerah itu. sekalipun sama-sama soto Semarang, soto bangkong cenderung bening dan kuat pada kaldu ayamnya, sedangkan soto neon, yang awalnya berasal dari Pringgading cenderung agak keruh karena kuatnya ulekan bawang putih bercampur kaldu ayam.

Di manapun tempat di jalan-jalan kota Semarang mulai dari RA Kartini, Karimata, hingga Gajah, bahkan di Simpanglima ada Soto Bonkarang, semuanya tak pernah sepi pembeli, dan semuanya enak. Jika engkau bosan pada satu jenis soto di lokasi tertentu, mungkin kamu bisa memilih soto di daerah lain dengan ciri khas berbeda. Karena itu tidak salah jika soto menjadi magnet kuliner warga di Semarang, pengusaha yang memilih berbisnis soto jarang sekali bangkrut karena dimanapun tempat pasti laris, apalagi di makan pagi-pagi, lezat dan porsinya juga tidak terlalu banyak nasi sehingga pas untuk perut warga kota ini supaya tidak makin endut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun