Lalu apa hubungannya dengan feminisme? Analisis saya terhadap iklan ini berkaitan dengan pesan yang di tampilkan pada iklan terakhir "tidak semua ibu sama, tapi semua ibu spesial". Spesial dalam arti, apa pun profesinya, bagaimana pun cara dia men-treat, dia tetaplah menjadi seorang ibu. Ibu yang berperan untuk anaknya, ibu yang mengayomi, mengurus, memperlakukan, dan mendidik anaknya dengan baik. Menjadi seorang ibu rumah tangga atau seorang wanita karier itu hanya sebuah pilihan. Seperti kutipan yang saya ambil dari Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani mengatakan bahwa itu hanya by choice, atau pilihan.Â
Wanita juga bisa menjadi wanita karier sama halnya dengan laki-laki, bahkan bisa berperan mengambil dua profesi sekaligus, seorang wanita karier dan seorang ibu. Jika kita berpikir secara rasional dan lebih modern, hal seperti ini seharusnya sudah menjadi sesuatu yang wajar.Â
Namun, stereotip yang timbul dari ideologi atau pemahaman masyarakat tradisional mengenai wanita yang tidak boleh bekerja, yang harus di rumah saja, yang harus mengurus anaknya saja, kita tidak dapat lepas dari itu karena stigma seperti itu hanyalah sebuah 'budaya' yang memang sudah ada, budaya yang turun temurun di wariskan dalam bentuk pemikiran yang hingga pada akhirnya terbawa sampai sekarang. Seiring dengan adanya pergeseran budaya modern, dalam hal ini adalah ideologi, pemikiran yang sudah mengakar pada karakteristik masyarakat modern adalah pandangan terhadap wanita, representasi perempuan selayaknya sudah menjadi sebuah kesetaraan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI