Mohon tunggu...
Dewi Haroen
Dewi Haroen Mohon Tunggu... Psikolog -

Psikolog Politik & Pakar Personal Branding, Penulis Buku "PERSONAL BRANDING Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik", Narasumber media cetak/online, Radio & TV, Pembicara Seminar & Trainer, https://www.youtube.com/watch?v=oW1vuHKJ4iI http://www.dewiharoen.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Apa Perlunya Membangun Personal Brand di Dunia Karir

2 Maret 2017   11:49 Diperbarui: 14 Oktober 2017   19:56 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di berbagai seminar/training personal branding yang saya lakukan, selalu ada pertanyaan peserta yang mirip judul tulisan di atas. Pertanyaan 'klasik' tersebut wajar terlontar, karena mayoritas orang mengira bahwa personal brand 'hanya' dibutuhkan para artis supaya tersohor di kancah hiburan. Pun bagi politisi yang sedang berlaga di pileg/pilkada/pilpres untuk memenangkan hati rakyat pemilihnya. Personal brand sering diartikan secara sempit sebagai popularitas, yang mana profesional atau pekerja karir 'dianggap' tidak memerlukannya. So, apakah benar demikian?

Seorang profesional selayaknya ahli dibidang yang ditekuni. Pun harus punya kepribadian yang memegang teguh komitmen serta nilai profesionalisme. Namun untuk mencapai sukses maksimal, hanya mengandalkan kedua hal tersebut tidaklah cukup. Dunia karir terkini adalah kancah persaingan yang super dahsyat dan ketat. Berbagai orang dengan latar belakang pendidikan tinggi dengan keahlian/kompetensi mumpuni serta memiliki kepercayaan diri dan kepribadian kuat tumpah ruah menjadi satu. Bagai lautan luas biru tak bertepi, semua kandidat tampak sama belaka.

Tak Kenal Maka Tak Sayang. Peribahasa tersebut sepertinya masih relevan di dunia kerja. Ya, seorang pekerja/profesional perlu strategi jitu agar perusahaan/orang lain mengenal mereka dengan berbagai kemampuan/kompetensi yang dimiliki. Mereka harus dikenal terlebih dahulu sebelum orang berlanjut menyukai dan memilih. Jadi popularitas seorang profesional di dunia karir tetap diperlukan meski tidak seheboh artis papan atas.

Mereka hanya perlu dikenal oleh orang-orang didunia kerja yang berkaitan dengan karir/pekerjaan yang dimiliki. Tapi mereka harus bisa menunjukkan perbedaan potensi dirinya bila dibandingkan orang lain di bidang keahlian/kompetensi yang sama. Punya keunikan dan spesialisasi yang mampu mencuri perhatian orang untuk mengenal lebih jauh dan disukai. Tujuannya agar terpilih secara mutlak dari sejumlah kandidat potensial yang ada.

Sehingga mereka butuh personal branding, karena Personal Branding di dunia karir adalah proses menjadikan diri anda terlihat & terpilih dari sejumlah kandidat.  Ada 3 hal (3M) yang menjadi alasan mengapa perlu membangun personal branding di dunia karir.

(M1) Membangun diferensiasi

Dengan tingkat kompetisi yang semakin hyper, maka menciptakan diferensiasi adalah hal utama untuk keberhasilan Anda. Perbedaan itu harus tampak nyata sehingga anda mudah dikenali. Keunikan tampilan, kepribadian dan keahlian/kompetensi yang dimiliki membuat fokus perhatian orang hanya tertuju kepada anda.

Sehingga orang-orang yang memerlukan bidang keahlian/kompetensi dimana anda berkiprah tanpa ragu memilih anda di antara sekian banyak orang yang punya keahlian/kompetensi yang sama. Anda harus memiliki Unique Selling Preposition (USP) sebagaimana yang berlaku di pemasaran produk komersial (Haroen, 2014).

USP adalah  hal yang membedakan produk atau jasa (yang dalam konteks personal branding adalah diri anda) terhadap pesaing lainnya.  Bukan unik yang asal tampil beda, namun kekhasan yang mampu menyihir orang-orang di dunia kerja untuk tertarik kepada karakter, kompetensi atau keahlian anda. Agar disukai dan dipilih.

Sedangkan tanpa USP anda akan tenggelam di tengah-tengah lautan kompetisi pasar kerja yang sengit. Anda akan menjadi komoditi yang banyak dan tak terlihat. Anda dianggap sama dengan yang lain dan dipandang sebelah mata. Tak punya daya tarik. Kesempatan membuktikan jati diri yang sebenarnya tidak pernah terbuka. Sehingga anda tak pernah menikmati sukses karir sebagai profesional.

(M2) Membangun positioning

Dalam persaingan apapun, positioning sangat menentukan kemenangan. Brand yang dibangun melalui proses branding akan menentukan dimana posisi kita dari sekian pesaing yang Anda hadapi. Anda harus memiliki strategi  jitu dan memilih ceruk yang tepat untuk pemasaran diri. Positioning harus sesuai dengan karakter, kompetensi dan kekuatan (3K) yang Anda miliki.

Ada 4 syarat untuk membangun positioning yang baik (Kartajaya, 2007) yaitu :

  • Harus mencerminkan keunggulan kompetitif

Caranya dengan mengidentifikasi keunggulan mana dari kekuatan diri anda yang bisa ditonjolkan. Hal ini dilakukan via analisis/pemahaman diri yang mendalam terhadap kekuatan/kelemahan anda serta keunikan yang mungkin dimiliki. Untuk itu anda bisa melakukan analisa SWOT.

  • Harus dipersepsi secara positip oleh pelanggan (menjadi reason to buy)

Anda harus mempunyai nilai (value) yang dianggap menguntungkan bagi orang-orang yang mempekerjakan atau memakai jasa profesionalitas anda. Karena hal itu yang menjadi alasan mereka untuk memilih anda dibanding orang yang lain.

  • Harus bersifat menguntungkan, penting bagi konsumen dan dapat dikomunikasikan

Bukan sekedar ‘tampil beda’, tapi realitasnya memang beda dengan pesaing lainnya. Perbedaaan karakter, kompetensi dan kekuatan yang ada pada diri anda dibutuhkan oleh orang-orang yang memerlukan jasa profesionalitas anda. Dan perbedaan yang ingin ditonjolkan itu harus bisa dikomunikasikan kepada orang-orang di dunia karir melalui berbagai alat komunikasi.

  • Harus berkelanjutan dan selalu relevan dengan perubahan

Perubahan adalah keniscayaan. Tak ada sesuatu yang abadi. Apalagi di era internet dimana dunia serasa berputar begitu cepat. Akibatnya terjadi perubahan iklim persaingan kerja, budaya perusahaan, tehnologi, perilaku manusia dan lain sebagainya. Semua perubahan ini tak ayal akan berpengaruh terhadap positioning anda. Jika dianggap perlu, anda wajib melakukan repositioning untuk menyelamatkan personal brand yang sudah terbangun.

(M3) MEMPERKUAT PERSEPSI YANG TERTANAM PADA ORANG LAIN TENTANG ANDA

Brand itu bukan soal realita. Realita adalah tahap kedua. Al Ries (dalam Haroen, 2014) mengatakan bahwa persepsi itu lebih penting dari realitas dan seringkali persepsi itu realitas juga. Dengan demikian tahap pertama yang harus dilakukan adalah membangun persepsi. Karena personal branding pada dasarnya adalah proses membangun persepsi orang lain terhadap anda.

Persepsi tersebut harus dibangun agar anda dikenal, dipahami dan dipercaya oleh orang. Anda harus pro aktif untuk mencegah orang lain melekatkan brand yang tak sesuai dengan realitas anda. Jika anda tidak membangun brand sendiri, maka orang lain akan membuat brand anda sesuai dengan persepsi mereka sendiri. Hasilnya bisa positif ataupun negatif. Tak bisa dikontrol. Tentunya hal ini akan merugikan anda.

" Jika Anda Tidak Membangun Brand Sendiri, Maka Orang Lain Yang Akan Membangun Brand Anda Sesuai Persepsi Mereka Sendiri ,,

Perlu dicamkan bahwa persaingan di dunia kerja begitu ketat. Sehingga sangat mungkin realita diri anda yang sebenarnya tidak diketahui orang sehingga anda dipersepsikan biasa-biasa saja. Bahkan bisa dipersepsikan negatif, misalnya dipandang tidak mumpuni di bidang yang digeluti selama ini. Sementara orang lain yang realitanya lebih jelek dari anda, namun karena melakukan branding yang terencana dan sistematis, maka orang tersebut dipersepsi secara positif oleh khalayak. Nah, disitu perlunya anda membangun personal branding.

Jika demikian uraiannya, tak ada alasan apapun bagi anda untuk menunda-nunda membangun brand anda sendiri di dunia karir. Anda setuju?

 

Rempoa, 1 Februari 2017

DH

PS : Sebelumnya Sudah Diposting Di Dewi Haroen Personal Branding

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun