Mohon tunggu...
Dewi Haroen
Dewi Haroen Mohon Tunggu... Psikolog -

Psikolog Politik & Pakar Personal Branding, Penulis Buku "PERSONAL BRANDING Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik", Narasumber media cetak/online, Radio & TV, Pembicara Seminar & Trainer, https://www.youtube.com/watch?v=oW1vuHKJ4iI http://www.dewiharoen.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pakar Personal Branding

9 Februari 2017   19:09 Diperbarui: 14 Oktober 2017   19:50 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara Personal Branding, maka dipastikan kita banyak membahas Personal Branding Online. Mengapa demikian? Pada tulisan sebelumnya sudah diketahui bahwa Personal Branding adalah cara untuk menempelkan nama kita dibenak banyak orang. Di era internet mayoritas proses/aktivasi brand  tersebut dilakukan melalui microblogging (website & blog) serta sosial media seperti facebook, twitter, instagram, linked in, Google+ dan lain lain. Maraknya konsep Personal Branding karena segala sesuatu bisa dilakukan secara mandiri (Do It Yourself-DIY). Aktivasi personal brand secara online dipandang lebih mudah, murah dan efisien.

Personal Branding via online merupakan strategi jitu mengingat realitas kehidupan manusia yang tak pernah lepas dari gadget. Sepanjang 24 jam sehari 7 hari seminggu mereka terhubung dengan internet. Guyuran informasi yang melimpah secara virtual menjadikan ponsel sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dunia dalam genggaman istilahnya, dimana manusia cenderung mencari informasi dan berkomunikasi via online.

Manusia terkini menilai dunia maya sama sama bobotnya dengan alam nyata (realitas). Pola ini berdampak terhadap pentingnya  'keberadaan' (nama) seseorang  di internet. Mayoritas individu ingin dikenal (exist) di dunia maya. Personal Branding Online menjadi satu kebutuhan mendasar. Dan Google menjadi barometernya.

Ya, Google yang saat ini dipakai orang sebagai alat pencari data yang canggih dan terpercaya di seluruh dunia, juga digunakan untuk menggali informasi (foto, identitas, kiprah /portofolio) seseorang. Sehingga Eksistensi di dunia maya ditentukan seberapa banyak dan akurat Google mengenali (nama) orang tersebut.

Jika Brand Anda Adalah Apa Yang Dikatakan Orang Lain Tentang Anda, maka pertanyaan selanjutnya adalah apa saja yang dikatakan orang lain tentang anda yang terekam di internet? Sebagai apa anda dikenal? Adakah informasi tentang kiprah/kompetensi anda? Sehingga bila diketik bidang keahlian yang selama ini digeluti (contoh pakar personal branding) apakah nama/aktifitas/foto anda ada di halaman pertama?

Ya, Brand Equity seseorang bisa terlihat di Google. Belum dipandang eksis jika namanya tidak  muncul saat di googling. Demikian pula apabila kiprah, biografi/portfolio kita tidak terdeteksi oleh Google. Pun kepakaran pada profesi tertentu tak akan diakui jika nama anda belum terpampang di halaman pertama.

Sebagai eksprimen audit digital, coba anda ketik  pakar personal branding di Google, apa yang terjadi? Ternyata nama, foto dan informasi mengenai Dewi Haroen terpampang di halaman pertama. Atau ketik nama Dewi Haroen maka anda akan mendapatkan banyak informasi yang menunjang tentang kepakaran saya di bidang Personal Branding.

Selanjutnya anda bisa melakukannya dengan cara yang sama dengan nama anda dan kepakaran yang bidang profesi/pekerjaan masing-masing. Lihat apa yang tampak di layar monitor ponsel/laptop anda. Jika hasilnya sama seperti uji coba dengan nama Dewi Haroen maka personal brand anda sudah cukup mumpuni. Jika belum setara maka anda harus bergiat mengkomunikasikan brand yang dimiliki agar lebih dikenal dan mudah terdeteksi oleh Google.

Keberadaan nama di Google penting karena menyangkut kecermelangan karir selanjutnya. Melihat kecenderungan masyarakat yang menggunakan Google sebagai satu-satunya alat pencari data/informasi, menjadi prioritas bagi kita untuk mampu meletakkan nama di halaman pertama. Jika ya maka ini adalah keberuntungan, mengingat mayoritas orang cuma membuka/mencari informasi sampai halaman ketiga. Kemudahan mereka melihat portofolio/CV/Biodata kita, akan semakin meningkatkan peluang keterpilihan di antara sekian banyak profesional/pakar di bidang yang sama.

Perlu diketahui bahwa pada dasarnya tidak perlu lagi kita menjadi Top of Mind di dunia nyata karena kesemuanya itu sudah digantikan oleh Google. Benak manusia tidak lagi dominan karena saat ini mayoritas orang merujuk kepada benak/ingatan/deteksi dari algoritma Google. Sehingga Personal Branding Online bisa disebut sebagai Personal Branding by Google. Dengan demikian membangun Personal Brand via Online menjadi satu keharusan  jika ingin karir berkembang pesat.

Kita harus berjuang agar nama kita tertera sebagai pakar di bidang yang kita tekuni di Google. Sebagaimana saya di bidang Personal Branding. Dengan tersajinya foto, nama, portofolio dan kompetensi saya di Google, dalam waktu singkat karir saya melaju kencang. Selang 3 tahun terakhir saya sering diundang menjadi pembicara seminar/training serta dosen tamu di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta. Pun menjadi narasumber media online/cetak dan talkshow di berbagai radio/stasiun TV ternama Indonesia. Sebagai PAKAR PERSONAL BRANDING (sesuai data Google), saya dianggap mumpuni untuk membahas tema yang terkait dengan Personal Branding. Nah, jika saya bisa, bagaimana dengan anda?

Rempoa, 15 Januari 2017

DH

PS : Sudah diposting sebelumnya di Dewi Haroen Personal Branding tgl 15 Januari 2017 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun