Beberapa hari sebelum keberangkatan saya bersama suami ke Hong Kong, saya sempat menulis di Kompasiana yang dipublish pada tanggal 28 Januari 2012 untuk mengajak kompasianers yang tinggal di Hong Kong untuk 'bisa' KOPDAR/bertemu muka dengan saya. Seperti yang sudah saya sebutkan pada tulisan itu, ajakan saya tersebut terinspirasi oleh tulisan Mbak Fera sebelumnya yang menghimbau kompasianers dari tanah air untuk menyempatkan diri kopdar di sela waktu kerja/kunjungan, mengingat cukup signifikannya jumlah kompasianers yang bermukim di Hong Kong khususnya yang berkarya sebagai BMI (Buruh Migran Indonesia). Ternyata selain mbak Fera dkk, ada satu kompasianer yang belum saya kenal sama sekali sebelumnya (bahkan belum berteman di kompasiana!), meminta waktu selain di Hari Minggu untuk bertemu muka/berkenalan. Saya menyanggupinya, karena memang jadwal saya siang itu ada di Hong Kong setelah sebelumnya berwisata ke Macau dan Shenzen bersama suami. Sabtu pagi menjelang siang saya masih berada di Shenzen yang mana HP saya tidak bisa dihubungi. Memang untuk kartu pra bayar IM3 yang saya pakai, tidak ada paket roaming internasional untukd China Daratan. Alhasil mbak Lexy Ma sempat agak galau karena merasa 'kehilangan jejak'. Alhamdulillah saat jam 12.30 siang di Lo Wu (daerah perbatasan Hong Kong dan Shenzen, dalam perjalanan Kereta Api menuju Tsim Tsat Tsui (Kowloon, Hong Kong), berhasil koneksi dengan 3 Hong Kong, langsung HP saya bisa normal lagi alias bisa melakukan BBM, SMS, Email, FB dll seperti biasanya. Setelah terhubung dengan sms, maka saya dan Lexy Ma pun bersepakat bertemu jam 3 siang di dekat tempat penginapan saya di Nathan Road (exit MTR Tsim Tsat Tsui). Setelah beristirahat, sholat dan menaruh koper di penginapan, maka saya bergegas turun ke meeting point. Tak berapa lama mbak Lexy Ma muncul diiringi seorang ponakan/temannya yang bernama mbak Tuti.
Seketika bertemu, maka kami bertiga langsung akrab dengan ber cas cis cus logat jawa timuran mengingat mereka berdua berasal dari Ngawi. Suami yang menemani hanya 'nyengir' saja, maklum asli urang Minang sehingga kurang faham dengan celotehan tersebut. Ternyata mbak Lexy Ma orang sangat supel, familiar, ceplas ceplos dan 'ruame'. Plus juga cerdas, kritis dan haus akan belajar/pengetahuan, maka tak heran meski baru 3 bulan menghuni kompasiana, tulisannya sudah sempat beberapa kali HL. Dia dan Tuti langsung menggiring kami untuk mengisi perut (maklum saya dan suami baru sekedar sarapan saja di shenzen) di Kentucky. Hebatnya lagi dia 'maksa' untuk mentraktir saya dan suami. Suami saya sempat tidak mau karena takut memberatkan mereka berdua. Tapi kesungguhan mereka menyebabkan kami tidak mampu menolak.
Setelah selesai makan, mbak Lexy Ma dan Tuti menawarkan diri untuk memandu/menemani saya beserta suami pergi ke tempat yang menarik di seputaran Kowloon. Yang pertama kita pergi ke Kowloon Park dimana di depannya terdapat mesjid Kowloon yang megah dan indah. Suasana di park/taman tersebut terasa sangat kontras dengan suasana Nathan Road yang penuh dengan manusia. Dalam taman selain penduduk Hong Kong, terlihat cukup banyak kelompok BMI yang sedang berkumpul/duduk berkelompok menghabiskan waktu libur mereka di hari Sabtu. Menurut mbak Lexy Ma, jatah libur BMI adalah 1 hari seminggu yang bisa diambil pada hari Sabtu atau Minggu. Seperti juga mbak Lexy Ma, sebagian dari mereka memilih hari libur Sabtu mengingat hari Minggu terlalu padat dengan manusia sehingga mereka sudah untuk bisa leluasa berkumpul atau berpergian. Puas di taman kami menuju ke AVENUE of STAR yang terletak di tepi laut, tepatnya di daerah Star Ferry. Udara Hong Kong yang sudah cukup dingin bagi saya dan suami (12-14 C), jadi semakin dingin saat kami berada disana. Hal tersebut karena hembusan angin yang kencang di sore hari itu, dimana awan terlihat agak mendung. Namun keceriaan mbak Lexy Ma terasa menghangatkan kami, dimana dia terus memberi info ini itu mengenai hal-hal yang kami inginkan. Contohnya saat saya menanyakan jejak tangan dan tanda tangan bintang laga kondang asal Hong kong Jacky Chan, maka dia langsung berseru tanpa ragu memberi info kalau letaknya di paling ujung. Dan ternyata benar!. Bukan itu saja, dia selalu menyarankan tempat-tempat dimana yang bagus untuk berfoto. Sekaligus juga berperan sebagai tukang foto bagi kami berdua. Wow, akhirnya saya bisa punya foto berdua dengan suami setelah ada yang bersedia memotret untuk kami.
Dari sana kami diantar ke Ladies Market di Mongkok yang terkenal itu. Namun sayangnya mbak Tuti harus berpamitan pulang terlebih dahulu, karena lokasi tempat tinggal/kerjanya jauh dan kendaraan yang kesana sering sulit ditemui jika sudah kemalaman. Dengan naik MTR bertiga kami pergi ke Ladies Market. Sesampainya disana saya bergerilya mencari souvenir yang ringan untuk teman/handai taulan di Jakarta. Meski sudah 8 tahun di Hong Kong, ternyata mbak Lexy Ma jarang berbelanja disini. Makanya dia sempat terbengong-bengong sekaligus geli melihat saya menawar barang 'gila-gilaan' sampai sekitar sepertiga dari harga penawaran....dan berhasil! Setelah mendapatkan barang yang diinginkan dan puas menikmati acara 'tawar menawar barang' yang seru, maka kami bersepakat kembali ke Star Ferry untuk melihat acara SIMPHONY of LIGHTING yang berlangsung mulai jam 8 malam. Itu adalah pertunjukan sinar laser yang diadakan dari gedung2 pencakar langit di Hong Kong Island yang berhadapan dengan Tsim Tsat Tsui, Kowloon. Sempat menunggu selama 25 menit dalam kondisi hawa dingin menusuk tulang plus hembusan angin yang menerpa, mbak Lexy Ma diam-diam berinisiatif membelikan saya dan suami Starbuck Coffee untuk menghangatkan badan. Duh mbak, kamu kok baik dan perhatian banget ya! Selesai acara akhirnya kami bersepakat untuk pulang. Saya dan suami tidak keberatan untuk pulang sendiri ke penginapan/hotel, tapi mbak Lexy Ma bersikeras untuk mengantar kami sampai depan jalan karena takut saya dan suami 'kesasar' karena belum hafal jalan. Di depan hotel, akhirnya kamipun berpisah setelah dia saya peluk berkali-kali dengan rasa haru yang teramat dalam. Bagaimana tidak, di tempat jauh seperti ini saya menemukan seseorang yang meski baru sesaat bertemu muka, namun sikap dan ketulusan hatinya luar biasa sehingga terasa seperti saudara atau teman 'akrab'. Hong Kong yang dingin dan garang tak lagi terasa asing bagi saya, karena seorang Lexy Ma telah membuat jalinan batin persaudaraan yang kuat. Terasa berat bagi saya untuk berpisah dengannya, karena kita baru sempat bertemu beberapa saat. Komunikasi yang terjalin via tulisan di Kompasiana ternyata mampu untuk membuat rasa yang begitu kental di hati masing-masing. Terima kasih banyak atas ketulusan hati dan kebaikanmu ya Mbak Lexy Ma, semoga di lain waktu kita bisa jumpa lagi....di Hong Kong ini maupun di Indonesia...SEMOGA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya