Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Ketika Loyalitas Berubah Menjadi Penjilat

17 Juni 2015   12:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:40 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

 “Mari, Pak, ijinkan saya bawakan tas Bapak.”

“Baik, saya siap dengan presentasi besok, Pak.”

“Bapak tampak super sekali dengan kemeja baru itu.”

“Maaf, Pak, jujur saya kurang berkompeten di bidang itu, tapi saya akan mencobanya.”

Dari beberapa percakapan di atas, dapatkah kita membedakan mana sikap dengan loyalitas atau penjilat??!.

Loyalitas dan implementasinya sangat diperlukan demi keberlangsungan organisasi/perusahaan. Setia pada sesuatu dengan rasa cinta, sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi seseorang merasa tidak perlu untuk mendapatkan imbalan dalam melakukan sesuatu untuk perusahaan tempat bekerja. Meskipun sulit mencari orang yang memiliki rasa loyalitas di jaman sekarang. Pada perkembangannya karyawan hanya akan loyal terhadap perusahaan atau organisasi jika menemukan kenyaman dan dihormati. Rasa nyaman itu sendiri akan menumbuhkan kedekatan dan rasa saling memiliki.

Perusahaan atau pengusaha mengartikan loyalitas adalah suatu kesetiaan karyawannya kepada perusahaan. Namun realitanya,  loyalitas sering dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memanfaatkan karyawan semaksimal mungkin tanpa memperhatikan kebutuhan karyawan itu sendiri. Para karyawan disodori berbagai peraturan tanpa ada opsi untuk mengelak. Dalam hal ini, perusahaan atau pengusaha hanya menganggap hubungannya dengan karyawan bukan sebagai partner, tetapi sebagai majikan dan pegawai. Kewajiban mereka terputus sebatas memberikan upah tanpa mau tahu apa yang terjadi dengan karyawanya. 

Pada perkembangannya pengertian semakin melenceng menjadi “kepatuhan bawahan terhadap apapun yang diperintahkan atasan”. Hal ini seringkali menjebak bawahan untuk berubah menjadi seorang karyawan yang YES-man, atau secara lebih tegas bisa disebut sebagai 'penjilat'.
Dengan keadaan seperti ini seorang karyawan akan mudah saja di mutasi/keluar dari perusahaan hanya oleh karena faktor ''like and dislike'' seorang atasan kepadanya tanpa melihat capability karyawan tersebut. Sungguh ironis.

Jadi bagaimana membedakannya??

Loyalitas harus dibuktikan. Seperti tentara yang pergi ke medan perang, ketika ia gugur dengan perkasa maka akan dikenang sebagai orang yang loyal. Pertanyaannya apakah harus meninggal dulu baru bisa dibilang loyal ??

Perkembangan seorang karyawan dengan loyalitas bergantung pada pembelajaran (pendidikan), bergantung pada penempaan diri, dan bergantung pada pemikiran yang mandiri. Timbulnya penjilat tergantung pada pemeliharaan, penjinakan, serta kepatuhan. 

Sikap loyalitas terlihat dalam membawa diri di komunitas dan hanya berprinsip pada kebenaran, tidak melakukan hal-hal yang menipu diri sendiri dan orang lain. Sedangkan  seorang penjilat dalam membawa diri di komunitas hanya berpedoman untuk selalu memenuhi kehendak atasan, khusus mencari muka agar bapak (atasan) senang.

Tujuan perjuangan dari loyalitas adalah mengorbankan dirinya demi kebenaran dan keadilan, tidak berubah hingga akhir hayatnya. Sedangkan maksud aksi dari seorang penjilat hanyalah berjuang demi atasannya, guna melindungi kepentingan dirinya sendiri.

Kebijakan dan keberanian berakal dari loyalitas yang bersumber dari pemahaman terhadap fakta kenyataan yang ada serta kepastiannya terhadap kebenaran dan keadilan, seolah-olah memiliki sebuah kamus hidup yang selamanya tidak akan pernah habis untuk digali. Keberanian dan siasat seorang penjilat muncul dari pengamatan air muka dari atasan serta penghafalan isyarat tangan dari atasannya, seperti memiliki dua pasang mata pencuri yang khusus mengamati orang lain.

Air muka dengan loyalitas tidak akan berubah seiring dengan kesenangan dan kebencian dari atasan. Wajah seorang penjilat akan selalu berubah seiring dengan kejayaan dan keruntuhan dari tuannya.

Loyalitas dapat saling menyayangi, memakai dan melindungi rekan. Seorang penjilat yang berhati dengki, benci serta yang hendak mencelakai rekan.

Loyalitas selalu menggunakan kecakapan dan sumbangsih kepandaiannya telah mendapatkan pengakuan dari komunitas. Seorang penjilat menggunakan kesetiaan dan kerja optimal hanya untuk dapat merebut anugerah dari atasannya.

Kesimpulannya, loyalitas merubah dirinya menjadi 'satu', karena ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang manusia. Seorang penjilat merubah dirinya sendiri menjadi 'nol', karena hendak bersembunyi di dalam bayangan orang yang berkuasa. Ketika seseorang dengan loyalitas kemudian berubah menjadi seorang penjilat maka dapat dilihat kemunduran pribadi dari “satu” menjadi “nol.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun