Mohon tunggu...
Wita Larosa
Wita Larosa Mohon Tunggu... -

Love nature and natural, I travel and share the love

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Mereka-mereka" juga Tidak Menginginkan Diagnosanya Salah

20 September 2014   00:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:11 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan itu mahal (?)

Kesehatan itu gak mahal, yang mahal itu justru ketika kamu tidak menjaga kesehatan alias sakit.

Tentu tidak mau sesuatu yang buruk terjadi dengan organ tubuh kita, penumpukan kelenjarlah, ada sel yang tak diingikan lah, tumor dan kawan-kawannya, si kanker yang mengerikan tentu dengan kawan-kawannya juga, apalagi masuk dalam kategori salah diagnosa. Berharap jauh-jauh dari itu semua. Tidak jarang berita-berita tentang malpraktek dan salah diagnosa wara wiri di tv bahkan di kehidupan sekitar kami. Bila sudah dihadapkan pada situasi salah diagnosa, salah penanganan atau apalah namanya, si dokter pun  penglihatannya mulai mengabur, tidak lagi disertai dengan padangan tegas yang menyakinkan' saat seperti sebelum awal penanganan dan ketika semuanya melenceng' mereka cenderung "hands up" yang terlihat dari kata-katanya : "Ternyata ini bukan termasuk jenis kanker yang kami identifikasi, yang kami diagnosa. Letak kanker utamanya ternyata bukan disitu tetapi disana, ternyata dia termasuk kanker yang langka bisa menyebar dengan cepat ke sel lainnya, ternyata, ternyata dan ternyata. Lebih baik di rujuk ke dokter lain, dan menyodorkan salah satu nama dokter yang didalam kertas itu".

Ketika menuju dokter yang ditunjukkan.

Dokter B bertanya, Siapa dokter yang menangangani sebelumnya?". Dokter si A.

Kemudian body language dokter B menunjukkan seolah-olah dokter si A tidak patut untuk menangani kasus itu dulu. "Itu salah penanganan", Kata dokter B.  Kenapa tidak seperti itu dulu dilakukan test awalnya, kenapa tidak seperti ini tanyanya kepada kami, si dokter mulai berbicara sendiri dengan bahasa-bahasa yang rumit sambil melihat hasil diagnosa dokter A.

PENYALAHAN tidak langsung antar dokter di rumah sakit yang sama.  Dimana koordinasi antar dokter (????) mengenai penanganan sakit yang bukan sakit biasa,  KANKER >.<"

Kita pun hanya bisa tersenyum sambil meneteskan air mata karena itu terjadi kepada orang-orang yang kita sayang. Ingin menyalahkan yang menangani? IYA tentunya. Tapi untuk apa membuang tenaga yang percuma dengan marah. Mending membuang tenaga dengan mencari solusi yang terbaik. Pasti mereka-mereka itu juga tidak menginginkan "salah diagnosa".

Kecewa dengan pengobatan dan rumah sakit di Indonesia.

Anak kecil yang matanya bermasalah, didiagnosa alergi matahari, padahal pupilnya tergores. Didiagnosa diabetes, padahal kista tiroid. Kakak ipar kakak sepupu ku (panjang amat yak) didiagnosa kanker kulit melanoma di usus ternyata kanker paru-paru. Kakak temenku operasi kista rahim, ternyata tak tuntas, dan tumbuh lagi. Anak temen ibuku didiagnosa usus buntu, ternyata kanker saluran pernceranaan. Ada juga yang udah terlalu capek pindah tangan beberapa dokter ternama, tapi enggak bisa membantu juga. Ada yang punya daging tumbuh di anus didiagnosa kanker, membikin panik, ternyata hanya polip. Dan lain-lain, dan lain-lain, dan lain-lain.

Hanya ada satu cara menyelamatkan diri ketika berobat di Indonesia: Banyak-banyak berdoa, kerja baik-baik supaya bisa pilih dokter mahal terbaik, dan banyak-banyak baca website-website kesehatan untuk mengerti gejala penyakit kita. God bless us. *sigh

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun