Mohon tunggu...
Wita Anriani Sinaga
Wita Anriani Sinaga Mohon Tunggu... Penulis - Seniman lukis & Matematikawan

Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Seni Menjadi Bodoh

12 Mei 2021   10:20 Diperbarui: 12 Mei 2021   10:28 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir semua penemuan di dunia ini berawal dari rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu yang besar akan membuat seseorang semakin penasaran akan sesuatu hal. Seperti penemuan hukum gravitasi, lampu, alat komunikasi, transportasi dan lain-lain. Bila diulas dari sejarah penemuan hal-hal tersebut kita dapat melihat bagaimana proses ingin tahu menghasilkan suatu penemuan yang mengubah dunia. Kita ambil contoh penemuan Hukum Gravitasi oleh Isaac Newton, diusianya yang ke-20 tahun ia sudah menjadi mahasiswa yang berprestasi dan ahli dibidangnya.


Kejadian itu bermula tepat di luar jendela rumahnya di Woolsthrope, di sekitar pohon apel. Pohon itulah yang menjadi awal kisah legenda Newton menemukan teori gravitasi, saat apel-apel itu berjatuhan di kepalanya. Ketika dia sedang merenung di taman, terlintas dalam pikirannya bahwa kekuatan gravitasi (yang membuat sebuah apel jatuh dari pohon ke tanah) tidak terbatas pada jarak tertentu dari bumi saja. Tetapi meluas lebih jauh, 'Mengapa tidak setinggi Bulan?' kata Newton pada dirinya sendiri.


 Ia pun akhirnya melakukan sebuah eksperimen untuk menguji hipotesis adanya gravitasi pada jatuhnya buah apel. Setelah berhasil ia menamai penemuannya dengan "HUKUM NEWTON". Arti Newton sendiri diambil dari namanya. Sangat luar biasa bukan? Hanya karena rasa penasaran, Newton dapat membawa perubahan yang luar biasa buat kita hingga saat ini. Penemuan ini sangat dikenal oleh kalangan pelajar yang menjadi teori yang wajib diketahui para pelajar.


Menariknya bentuk nyata dari rasa ingin tahu adalah pertanyaan. Karena pertanyaan yang tepat, Newton menemukan jawaban yang tepat. Konsekuensinya Newton terlihat bodoh. Mengapa bodoh? Karena tak seorang pun yang mengetahui hal itu, seolah-olah Newton mempertanyakan hal yang tidak ada jawabannya. Ia terus menerus mengamati dan menguji pohon apel itu hingga akhirnya keluarga dan teman-temannya mengagap dia sudah gila. Bahkan Newton menjadi dikucilkan dari lingkungannya.


Tapi disinilah "Seni Menjadi Bodoh" itu penting. Dengan menjadi bodoh dia terbuka dengan persfektif baru. Dengan menjadi bodoh dia bisa melihat sesuatu dengan utuh. Dan dengan menjadi bodoh dia bisa lebih mudah menerima hal baru.


Otak manusia memanglah terbatas, namun karena keterbatasan itulah kita seharusnya banyak bertanya mengenai hal-hal yang kita tidak tahu. Dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari saat dalam pembelajaran berlangsung guru selalu memberikan kesempatan kepada muridnya untuk bertanya mengenai hal yang ia tidak tahu atau tidak dimengerti. Tapi terkadang manusia lebih baik bersikap sok tahu dan sok pintar padahal bodoh.  


Jangan pernah menjadi orang pintar di dalam ruangan. Karena artinya tidak akan ada lagi yang perlu kita pelajari. Tidak ada lagi hal baru yang bisa kita dapat.  Kita belajar karena kita bodoh, bahkan orang pintar saja terus belajar dan belajar lagi hingga mendapatkan gelar yang sangat banyak. Mengapa? Ya, karena dia sadar masih banyak hal yang tidak diketahui, kuasai dan masih perlu belajar lagi.


Sebuah sikap menjadi bodoh membuat kita haus akan pengetahuan baru, cara berpikir kita juga akan berbeda pada sudut pandang yang berbeda pula. Semakin banyak sudut pandang yang dapat kita lihat semakin tepat jawaban yang kita dapatkan. Persfektif itulah yang dimiliki para ilmuan saat melakukan eksperimen terhadapat penemuannya.
"Berpura-pura pintar" adalah kebodohan yang sejati. 

Seperti seseorang yang ingin kelihatan pintar sampai rela tidak mengerti dan hanay menjawab iya-iya saja untuk setiap pertanyaan yang muncul dan terdengar sangat familiar ditelinga kita. Percaya saja bahwa lebih baik kelihatan bodoh dibandingkan bodoh seutuhnya. Karena sejatinya orang pintar tidak pernah mengaku-ngaku dirinya pintar, justru kebalikannya orang bodoh sangat suka memamerkan kebodohannya ditempat umum. 

Lebih mudah mengajari anak kecil daripada orang dewasa. Mengapa? Ibaratnya kertas putih yang masih kosong, kita bisa menulis sesuatu yang indah dengan mudah dibandingkan dengan kertas yang sudah penuh dengan coretan, kita tidak bisa menulis apapun disitu dengan jelas karena sudah kotor, kita harus menganti kertas tersebut kembali.


Jadi, Sebuah Seni Bersikap Menjadi Bodoh sangat layak kita terapkan sebagai Mahasiswa, Content Creator, Entrepreneur, Karyawan, Bos, bahkan siapapun. Sayangnya, semakin tinggi "STATUS" kita, semakin sulit kita untuk rela "Menjadi Bodoh". Kerendahan Hati juga menjadi salah satu hal yang sangat kita perlukan untuk selalu Belajar. Seni Menjadi Bodoh adalah kerendahan hati untuk selalu menerima persfektif yang mungkin tidak kita tahu, dari siapapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun