Sentul adalah nama buah yang mungkin tidak dikenal oleh semua orang tidak sepopuler manggis yang susunan buahnya sangat mirip dengannya. Jika manggis sudah mendapat julukan si ratu buah, beda halnya dengan sentul ia hanya dianggap sebagai 'wild manggostean'.
Di Bali, buah ini biasa dimanfaatkan masyarakat desa jaman dulu sebagai rujak. Rasa buah sentul yang umumnya asam dan ada juga yang agak manis, karena tiap pohon biasanya tingkat manisnya berbeda-beda.
Anak-anak desa yang sering bermain di ladang, kerap mengambil buah sentul matang yang telah jatuh ke tanah dan diolah menjadi rujak. Mereka sengaja membawa bumbu seperti gula, garam dan cabai dari rumah masing-masing.
Jika buah-buahan lain seperti jambu, mangga, kedondong ataupun pepaya sudah lazim digunakan sebagai bahan rujak yang dijual di warung, sentul dahulu sama sekali tidak dilirik untuk diperjual-belikan.
Buah ini di Bali pada zaman dulu tidak memiliki nilai ekonomis, kecuali batangnya yang sudah tua bisa ditebang dan dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Namun kini, sentul yang dulu hanya menjadi makanan orang desa, dilirik sebagian orang dijadikan peluang bisnis. Apalagi di musim wabah corona, banyak orang yang berburu makanan yang kaya akan vitamin C.Â
Rujak sentul dulu yang diolah dengan bahan seadanya disajikan di atas daun pisang oleh anak-anak desa, di Bali sekarang ini sudah dapat dinikmati dengan  tampilan kekinian.Â
Berawal dari kerinduan anak desa terhadap makanannya saat kecil dulu, dan juga rasa penasaran orang-orang kota dengan rujak sentul ini, kini di Bali rujak sentul gampang ditemukan di warung-warung yang khusus menjual rujak.
Selain itu banyak pula yang membuatnya menjadi rujak berkuah yang dikemas dalam botol-botol plastik, sehingga bisa lebih tahan lama jika disimpan dalam kulkas.