Berbagai media mengulas bahwa Bali kebal corona karena adanya tulisan Asia Times, media yang berbasis di Hong Kong, yang menerbitkan artikel yang berjudul  'Bali's mysterious immunity to Covid-19'. Dalam tulisan itu diutarakan, di Bali terdapat kekebalan misterius terhadap virus Corona (Covid-19).Â
Lalu bagaimana tanggapan masyarakat Bali sendiri, mungkin disini saya salah satu yang mewakilinya. Kami sama sekali tidak merasa bahwa Bali kebal terhadap virus ini.Â
Sebagai manusia biasa ada rasa takut terhadap virus yang penyebarannya sangat cepat ini, walaupun mungkin presentase kematian yang ditimbulkannya hanya sekitar 9% ( Indonesia) dan itupun dengan penyakit penyerta, yang artinya peluang untuk sembuh jika terpapar lebih besar.
Walaupun saya bukan ahli virus, tapi saya tidak terlena dengan ungkapan Bali kebal corona, hanya berasumsi bahwa virus tidak akan mengenal suku ras dan agama untuk dapat menimbulkan penyakit, bahkan di Bali kini sudah dicatat sekitar 90 an lebih orang yang positif covid-19, walaupun kematian masih tercatat sangat rendah, bahkan dari seluruh kematian tidak satupun orang asli bali.
Lalu bagaimana upaya Bali dalam hal ini agar wabah tidak menyebar ? Dengan adanya penambahan kasus semua tempat wisata ditutup sementara, PMI yang baru datang diisolasi 14 hari di hotel-hotel, persembahyangan dan upacara ritual lainnya diadakan dari rumah saja, atau jika memang harus dilakukan di pura hanya melibatkan beberapa orang saja yakni pemuka agama dan prajuru adat, upacara ngaben dibuat menjadi simpel dilakukan di tempat kremasi melibatkan keluarga inti saja, desa adat juga melakukan pengamanan, pecalang-pecalang desa juga ikut menjaga ketertiban.
Mungkin dari segi kesehatan bisa saja kita asumsikan bahwa kuman dan kotoran saat kita mandi atau buang air besar banyak tertinggal di kamar mandi, sehingga memang dari segi sanitasi kurang baik jika mencuci bahan makanan atau alat dapur di kamar mandi.
Di Bali kami juga melakukan salam dengan cara mengucapkan " Om swastyastu" , memberi salam dengan cara mengatupkan kedua tangan di depan dada tanpa menyentuh orang lain. Â
Selain itu di Bali juga diadakan ritual-ritual keagamaan yang sekarang ini lebih banyak dilakukan di rumah masing-masing untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Nah itulah kira-kira yang bisa saya bagikan. Lalu apakah ada yang bandel di tengah pandemi, mungkin sama juga dengan daerah lain, untuk yang bandel pasti tetap ada, semua orang yang tidak mengikuti aturan tentu saja punya peluang terkena virus ini dan berpotensi menularkannya pada keluarga dan lingkungan sekitar. Â
Namun dengan makin meningkatnya kasus di Bali, serta segala upaya yang dilakukan pemerintah pusat, daerah maupun desa adat di Bali semoga semua ikut bertanggung jawab untuk menghentikan wabah ini.Â