Tahun 2009 lalu, seorang teman yang sudah berstatus PNS menghubungi suami. Dia mengabarkan bahwa di kantornya membuka lowongan CPNS.
Saat itu suami saya masih bekerja di kerajinan keramik di kampung kami. BPPT begitulah nama lembaga pusat yang membuka lowongan tersebut. Bagi saya lembaga tersebut sangat asing di telinga. Suami saya sendiri pun kurang tertarik lowongan tersebut, padahal dia memiliki kriteria yang dibutuhkan.Â
Diam-diam, selepas pulang mengajar saya mencoba mencari informasi mengenai lembaga ini. BPPT singkatan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Lembaga ini terlahir atas prakarsa Bapak B.J Habibie, dan beliaulah kepala BPPT yang pertama. Saya sangat tertarik mendaftarkan suami saya mengikuti tes CPNS di lembaga tersebut, walaupun suami awalnya tidak ingin mengikuti tes tersebut.
Semua perlengkapan saya ambil di map suami, mulai dari ijazah, dan dokumen penting lainnya juga KTP dari dompetnya. Saat itu BPPT membuka kesempatan melakukan pendaftaran secara online.
Sudah terbayang dibenak saya jika suami diterima, dia akan ikut berkontribusi untuk memajukan negeri ini. Seperti Pak Habibie yang selalu menyumbangkan ide-ide cemerlangnya di bidang teknologi.
Ketika perlengkapan administrasi lolos seleksi saya senang sekali, bahkan lebih senang dari suami. Suami yang deg-degan harus ke Jakarta mengikuti tes, wawancara, dan lain-lain merasa kurang bersemangat. Dengan semangat ala Bu Ainun hee, saya pun menyemangati suami, "ini untuk masa depan kita".
Tahap ini pun suami saya lolos. Dan di pengumuman akhir namanya tertera sebagi CPNS BPPT tahun anggaran 2009. Setelah menyerahkan semua persyaratan akhirnya suami saya resmi menjadi CPNS.
Sebagai seorang istri saya merasa bangga sekali, bagaimana tidak, suami akan bekerja di BPPT, di lembaga yang didirikan bapak BJ Habibie. Bapak Teknologi bangsa Indonesia.
Menurut bppt.go.id Perekayasaan teknologi tidaklah selalu identik dengan pesawat terbang, rekayasa genetika, ataupun peralatan canggih lainnya. Sejatinya BPPT sebagai lembaga perekayasaan teknologi, Â juga memiliki sebuah Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bertugas melakukan perekayasaan dan pengembangan seni, dalam hal ini seni keramik.
Nah, suami saya ditempatkan di Bali, di UPT PSTKP Bali (Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Poselin Bali ) ini, yang sekarang ini menjadi BTIKK (Balai Teknologi Industri Kreatif Keramik). Dan saat pertama kali berdiri bernama P3SKP (Pusat Penelitian dan Pengembangan Seni Keramik dan Porselin ).
Lembaga ini terbentuk sebagai realisasi kerjasama antara Menteri Riset dan Teknologi Prof.Dr.Ing. BJ Habibie (Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Gubernur Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Bali Prof.Dr.Ida Bagus Mantra dan Rektor Universitas Udayana Prof.Dr.Ida Bagus Oka.Â
Peletakan batu pertama pembangunan lembaga ini dilakukan pada tanggal 17 Oktober 1981 oleh Bapak Menteri Riset dan Teknologi Prof.Dr.Ing. BJ Habibie di Tanah Kilap, Suwung Kauh, Denpasar. Operasional P3SKP Bali mulai pada bulan September 1982.
Lokasi kantor BTIKK ini, sangat dekat dengan objek wisata mangrove, pura Tanah Kilap, pusat perbelanjaan Matahari Geleria dekat Patung Dewaruci sebagi ikon bila memasuki daerah pulau Bali dari arah Bandara.
Lembaga tidak hanya menjadi pusat penelitian keramik, lembagai ini juga sering dikunjungi oleh siswa-siswi yang mengadakan study tour. Mereka belajar membuat keramik, dari pembentukan sampai pembakaran sehingga menjadi keramik yang siap pakai.
Walaupun sang pendiri BPPT telah tiada, dari tempat ini, kami akan selalu mengenang jasamu. Bukan hanya tentang jasamu terhadap negeri ini, tapi juga tentang bagaimana kau memandang cinta, itu pun mengajarkan saya selalu mendukung dan mendorong suami dengan cinta supaya tetap berjuang menuju kesuksesan.
Seperti apa yang kau yakini " tanpa cinta, kecerdasan itu berbahaya, ilmu pengetahuan, iman dan takwa harus bersatu," serta "cinta tidak berupa tatapan satu sama lain, tetapi memandang keluar bersama ke arah yang sama".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H