26 Agustus 2019, adalah hari yang sangat penting, karena di hari itu Presiden Jokowi mengumumkan bahwa ibu kota akan dipindahkan ke Kalimantan Timur.
Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara adalah lokasi ibu kota baru tersebut. Entah daerah mana tepatnya dan apa nama tempat itu nanti masih menjadi teka-teki. Berbagai tanggapan pun mencul mengenai pemindahan ibu kota, mulai dari yang bersifat dukungan dan juga kritikan.
Banyak ahli juga kemudian ikut berpendapat mengenai hal ini. Namun bagi saya sebagai kaum ibu saya ingin  berpendapat untuk mencurahkan isi hati mengenai perpindahan ibu kota dari sisi hati seorang ibu. Karena sering juga mengalami rasa was-was mengenai perpindahan tugas suami.
Andai saya menjadi bagian dari ibu-ibu tersebut dan terjadi pada suami sendiri, pindah ke ibu kota baru, dari Jakarta ke Kalimantan, sedangkan kehidupan sehari-hari sudah terbiasa di Jakarta, dengan segala kemudahan dan fasilitas, tentu harus mempersiapkan mental jika harus berpindah dengan meninggalkan rumah atau investasi lain di Jakarta.Â
Karena mungkin saja banyak dari mereka yang telah menetap puluhan tahun di Jakarta. Lain halnya dengan ibu-ibu TNI dan Polisi yang lebih umum mengikuti suami bertugas. Mungkin sudah terbiasa, harus berpindah-pindah dan tinggal di asrama atau rumah dinas.
Bagi istri  PNS yang hanya sebagai ibu rumah tangga, jika suaminya telah bekerja puluhan tahun di Jakarta, saya kira agak berat jika harus dengan segera ikut berpindah bersama suami. Belum lagi yang masih punya tanggung jawab mengkredit perumahan di Jakarta, jadi untuk over kredit atau menjual rumahnya mungkin akan sulit.
Ditambah lagi keragu-raguan berpindah ke kota yang baru, yang belum pernah ia ketahui seluk- beluk serta kondisi alamnya. Begitu pula persoalan anak-anak yang harus berpindah sekolah, atau mungkin bersikeras tidak mau ikut pindah karena nyamannya fasilitas sekolah di Jakarta.
Mungkin anak-anak akan memilih meneruskan pendidikan di Jakarta, karena segala keperluan menunjang pendidikan serasa sangat mudah di dapat disana. Begitupun saat penat pulang sekolah, untuk mendapat hiburan, untuk mencapai tempat hiburan, mall, atau tempat rekreasi lain untuk anak muda sangat gampang dicapai di kota besar seperti Jakarta.Â
Membujuk anak untuk pindah sekolah juga hal yang sangat sulit, mereka akan membayangkan mendapatkan teman baru, bahkan mungkin di tempat baru ini, mereka menjadi orang pertama yang akan bersekolah di tempat itu. Mereka akan memulai dari awal bersama teman lainnya, yang sama-sama harus berpindah dari Jakarta.Â
Entah bagaimana cara membuat mereka membayangkan suasana kota baru, yang belum pernah ia lihat, bahkan belum pernah ada sebelumnya. Saya kira sulit tidak seperti menceritakan tempat wisata di pulau Bali, yang mungkin sangat mudah menggambarkannya.
Nah, mungkin disini letak dilema kaum ibu rumah tangga, apakah harus ikut pindah atau LDR saja untuk menemani anak meneruskan sekolah dan merasakan nyamannya Jakarta, yang walaupun saat ini sesak dengan penduduk, rawan banjir ataupun sering terjadi kemacetan.