Mohon tunggu...
Wistari Gusti Ayu
Wistari Gusti Ayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru

Guru adalah profesi yang mulia, saya bangga menjadi guru

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membentuk Karakter Mencintai Lingkungan serta Menjaga Kelestaraian Air Melalui "Sungai Ramah Anak"

22 Agustus 2019   15:40 Diperbarui: 4 September 2019   14:55 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tukad Bindu. sumber : phinemo.com

Tukad Tanah Pegat. Sumber: kintamani.id
Tukad Tanah Pegat. Sumber: kintamani.id
Sungai-sungai di atas adalah sungai kumuh di Bali, yang kemudian diusahakan menjadi bersih dan asri, sehingga dapat menarik wistawan dan selain itu juga dapat menjadi sarana belajar bagi generasi muda agar mencintai alamnya. 

Selain itu, masih banyak pula sungai-sungai di Bali yang masih asri, yang belum tercemar sama sekali oleh sampah maupun limbah. Sungai tersebut terdapat di bagian hulu. Dengan masyarakat yang masih memegang teguh konsep yang ditanamkan leluhur mereka.

Masyarakat Bali memiliki konsep yang merupakan kearifan lokal mereka yakni "Tri Hita Karana". Konsep ini diterapkan turun-temurun menjadi sebuah budaya, dan akhirnya melekat menjadi karakter warga Bali. 

Tri Hita Karana tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu 1) hubungan manusia dengan Tuhan dimana manusia mencintai atau menjaga keharmonisan dengan Tuhan, 2) menjaga keharmonisan dengan sesama manusia, dan 3) menjaga keharmonisan dengan alam sekitar, hewan, tumbuhan, termasuk menjaga lingkungan sungai atau perairan. Karakter tidak bisa dibentuk secara instan, ia terbentuk atas kebiasaan-kebiasaan diwariskan terjadi secara turun-temurun.

Apakah Jakarta tidak ingin melakukan hal serupa ? Air adalah kebutuhan penting bagi masyarakat. Sungai harus dijaga, dan untuk menjaganya hal terpenting adalah karakter mencintai lingkungan. Karakter tersebut harus tertanam sejak dini pada generasi muda kita. 

Dimulai dari kita sendiri, masyarakat, bahkan mungkin pemerintah, sehingga anak cucu kita mewarisi karakter yang kita miliki tanpa harus kita ajar dan didik mereka dengan cara menggurui. Mereka bisa memiliki karakter tersebut dengan meneladani kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun