Mohon tunggu...
Wistari Gusti Ayu
Wistari Gusti Ayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru

Guru adalah profesi yang mulia, saya bangga menjadi guru

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sisi Lain Pemadaman Listrik, Apakah ini Bentuk Persembahan untuk Bumi?

5 Agustus 2019   13:40 Diperbarui: 5 Agustus 2019   20:46 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : penulis cilik.com

Media kembali dihebohkan dengan  tagar mati lampu. Banyak yang mengeluhkan kejadian mati lampu ini. Bagaimana tidak listrik merupakan kebutuhan vital di era modern seperti sekarang ini.

Banyak hal yang harus didukung dengan adanya listrik, mulai dari pekerjaan rumah tangga, pekerjaan kantor, pekerjaan di pabrik dan masih banyak lagi.

Sumber: konservasi-energi.com
Sumber: konservasi-energi.com
Lalu apakah salah berkeluh kesah karena mati lampu ? Namanya juga kebutuhan orang banyak pasti, banyak juga orang berkeluh kesah,  tentu saja tidak ada yang melarang, bahkan mungkin setiap orang akan mengeluh jika mati lampu, termasuk saya sendiri. Ketika cepat-cepat ingin menyelesaikan tugas rumah tangga misalnya mencuci, tiba-tiba mesin terhenti, tentu saja ada rasa jengkel.

Namun ketika kita marah berlebihan, mengupdate status tiap saat dengan keluhan mati lampu, yang ada batere hp kita akan cepat habis. Cucian tidak akan beres dengan mengupdate status dan tentu saja lampu tidak akan menyala sesuai perintah kita, apalagi marah-marah dengan PLN. Kita tidak boleh berprasangka buruk, karyawan PLN santai-santai tanpa melakukan perbaikan. Mungkin mereka malah lembur lupa keluarga demi listrik menyala lagi. Dan mungkin juga kita perlu berhati-hati jika mengeluhkan mati lampu dengan soal politik.

Nah, coba kita lihat dari sisi lain kejadian mati lampu ini. Ingatkah dengan program matikan lampu dalam 1 jam ? Kegiatan 'Earth Hour'. Dikutip dari idntimes.com gerakan ini pertama kali diadakan pada tahun 2007 oleh WWF Sydney Australia. Sejak saat itu semakin banyak orang dari berbagai negara di seluruh dunia ikut menjadi bagian dari gerakan ini. Di Indonesia sendiri pertama kali mengikuti Earth Hour pada tahun 2009. Pada saat itu, gerakan Earth Hour di Indonesia mengusung tema "Pilih bumi selamat atau bumi sekarat?" 

Sumber :informomalis.com
Sumber :informomalis.com
Momen mati lampu ini, mungkin salah satu 'persembahan manusia untuk alam dan bumi ini'. Dengan kejadian mati lampu, maka manusia sudah mampu mengurangi emisi karbon yang terjadi di alam ini. 'Mati lampu' artinya terjadi penghematan penggunaan batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Batubara adalah bahan bakar fosil yang paling banyak mengandung karbon. menurut wwf.or.id jumlah emisi CO2 saat ini 12 kali lebih besar daripada emisi di tahun 1900 karena dunia membakar lebih banyak bahan bakar fosil.

Mati lampu juga berarti alat-alat yang menggunakan CFC, seperti pada freezer dan AC, alat ini berhenti sejenak untuk bekerja. CFC dapat merusak lapisan ozon. Di lapisan atmosfir yang tinggi, ikatan C-Cl akan terputus menghasilkan radikal-radikal bebas klorin. Radikal-radikal inilah yang merusak ozon. 

Dikutip dari bisakimia.com CFC juga bisa menyebabkan pemanasan global. Satu molekul CFC-11 misalnya, memiliki potensi pemanasan global sekitar 5000 kali lebih besar ketimbang sebuah molekul karbon dioksida.

Mungkin saatnya berhenti mengeluh setidaknya karena 'mati lampu' mampu mengurangi pemanasan global yang kian hari semakin mengkhawatirkan. Gaya hidup kita tanpa disadari membahayakan bumi, dan berdampak sangat buruk jika tidak segera ditangani. Dengan demikian, cobalah hari ini kita menganggap mati lampu adalah kontribusi kita dalam menyelamatkan bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun