kompas.com, Getih Getah dibuat oleh seniman bernama Joko Avianto atas permintaan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies menyambut keinginannya untuk membuat karya seni dari bahan khas Indonesia dalam rangka menyambut perhelatan Asian Games 2018.
Getah-getih adalah instalasi bambu yang mengundang banyak perhatian. Dilansir dariPembuatan karya seni Getah Getih membuat Anies menuai banyak kritikan, di samping kritikan karena bentuk karya seni ini yang disorot mirip dengan pose "senggama". Yang menjadi sorotan biaya besar dikeluarkan dalam membuat karya ini juga banyak yang menyayangkannya.
Dilansir dari wartakota.tribunews.com, Sekretaris Fraksi Partai Hanura DPRD DKI Jakarta Veri Yonnevil menilai pemasangan instalasi anyaman bambu Getah Getih di Bundaran HI, merupakan hal yang sia-sia. Sebab, untuk membuat bambu yang hanya berusia 11 bulan, diperlukan dana hingga Rp 550 juta.
Berbeda dengan instalasi bambu Getah Getih di Bunderan HI, deretan instalasi bambu yang dibuat di Bali, sebaliknya menuai pujian. Instalasi bambu yang dibuat di Bali, biasanya untuk mendukung suatu acara dan selalu sukses menjadi ikon serta diburu sebagai spot berfoto dengan biaya pembuatannya relatif lebih murah.
Instalasi yang pertama adalah instalasi patung baris di acara Soundrenaline 2018 yang digelar di GWK. Menurut balipost.com, Karya seni ini dibuat oleh I Gusti Arya Udianata, dibantu 7 rekannya di Desa Tampak Siring.Â
Patung baris ini dikagumi wisatawan dalam maupun luar negeri, bahkan sudah diburu wisatawan sebelum dipajang di GWK. Banyak wisatawan sengaja ke Tampak Siring hanya untuk berfoto di depan patung tersebut.
Instalasi berikutnya masih sama dari acara Soundrenaline 2018, yaitu stage "Bamboo Baroque". Menurut  hot.detik.com untuk membuat instalasi tersebut dibutuhkan 4000 bambu yang dibawa langsung dari Bandung oleh sang seniman.
Stage yang ramah lingkungan ini pun sengaja dibuat agar pengunjung tidak hanya menikmati hiburan dalam bentuk musik, namun dapat menikmati karya seni dalam bentuk lain.
Lalu, instalasi yang ketiga adalah instalasi Patung Dewi Sri, dibuat untuk menyambut Festival Jatiluwih yang akan diadakan bulan September mendatang. Walaupun acara masih akan digelar dua bulan lagi, patung Dewi Sri sudah  dirangkai dan ditempatkan di Kawasan Wisata, Situs Warisan Budaya Dunia  UNESCO Jatiluwih.Â
Dilansir dari bali.tribunnews.com patung ini juga dibuat oleh seniman I Gusti Arya Udianata. Patung inipun sudah digemari wisatawan sejak hari pertama dipajang. Keindahanya dipuji oleh setiap wisatawan yang datang.
Instalasi berukuran besar berikutnya adalah Giant Octopus yang dibuat Ketut Putrayasa, kebetulan seniman ini adalah teman suami saya saat menempuh pendidikan  S1 maupun S2 di ISI Denpasar.Â
Jika suami saya berkonsentrasi pada jurusan kriya keramik, Putrayasa memang sejak awal fokus mempelajari seni patung. Instalasi bambu pemecah rekor muri menjadi ikon Pantai Berawa Festival.
Dan instalasi yang terakhir adalah patung ular di acara festival Yeh Gangga Juni kemarin. Patung ini sangat sederhana, namun tetap memiliki nilai seni tersendiri. Saya sendiri mengambil gambarnya saat festival sudah selesai, namun patung tersebut masih dalam keadaan yang kokoh.
Bagaimana menurut Anda, apakah deretan instalasi tersebut memang pantas menuai pujian? Dan jika ingin menikmatinya, instalasi patung Dewi Sri masih tetap menunggu Anda....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H