Menjelang tahun ajaran baru, hal yang paling sering menjadi sorotan adalah pendaftaran ke sekolah baru, dan di era ini yang menjadi topik hangat adalah sistem zonasi.
Banyak orang tua yang mengeluhkan sistem zonasi, bahkan saya sendiri banyak mendapat curhat teman-teman yang akan mencari sekolah untuk anaknya. Ketika saya jelaskan sistem zonasi kemana arah dan tujuannya, jangan pikir mereka langsung mau menerima alasan tersebut.
Ada yang bilang " kamu sendiri belum merasakan sendiri bagimana susahnya mendaftarkan anak dengan sistem, zonasi", lalu " apa guna berprestasi kalau yang bodoh dan rumahnya dekat langsung dapat negeri, sekalian aja gak usah belajar anakku", dan ada lagi "percuma les sana sini, ujung-ujungnya anakku masuk swasta".
Kalau mau tahu curhat yang lain lagi, bisa lihat setiap berita mengenai zonasi, selain ada yang kontra ada yang pro juga. Namun pemberitaan yang di munculkan di media, porsi terbanyaknya adalah sistem zonasi yang membuat siswa susah mendapatkan sekolah, khususnya di kota besar yang penduduknya banyak.
Terlepas dari pro dan kontra pemberitaan tersebut sebagai guru yang membuat saya sedikit sedih, ketika mereka membanding-bandingkan sekolah, fasilitas, kualitas guru. Itu memang hal wajar, karena orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya.
Sekolah di desa terutama, orang-orang memandang sebelah mata. Fasilitas kurang, guru kurang berkompetensi, anak-anak disana tidak pintar.
Mungkin kita bisa melihat mundur ke belakang kenapa itu terjadi, Â jika semua anak pintar masuk ke satu sekolah yang dianggap favorit, sudah pintar dan orang tuanya kaya, bagaimana kemudian sekolah itu sekarang? Ya betul tebakan kita semua, sekarang sekolah itu pasti sudah mendapat label favorit.
Kenapa? Karena setiap perlombaan diadakan mereka selalu menang, itu wajar, fasilitas disana lengkap, itu juga wajar. Perlu diketahui bahwa sekolah mendapat dana bantuan dari pemerintah dan juga partisipasi dari masyarakat yang penggunaannya harus dipertanggung jawabkan, lantas apakah sekolah favorit saja yang mendapat dana sehingga fasilitasnya bagus? Tidak, semua sekolah mendapat bantuan, namun bedanya kalau yang pintar lagi kaya berkumpul, orang tuanya akan berpartisipasi menyumbangkan dana dan mendukung penuh segala kegiatan sekolah, sehingga majulah sekolah tersebut.
Lalu di desa kumpulan anak-anak yang kurang pandai orang tua pas-pasan, apakah orang tua mereka mampu mengumpulkan dana partisipasi masyarakat ? Mungkin tidak perlu dijawab karena untuk membeli keperluan sekolah saja mereka mungkin berhutang.
Dengan dana dari pemerintah guru dan komite sekolah di desa berjuang agar anak-anak ini tetap menikmati pendidikan yang layak. Contohnya ketika semua siswa di kota menguasai IT, kita juga sama berjuang agar anak-anak di desa bisa menikmatinya.
Dan mungkin kita sering memandang sebelah mata sekolah di desa, karena hal seperti itu tidak terjadi, mungkin benar fasilitas kami belum lengkap, tapi jangan mengira kami tidak punya semangat untuk maju. Kami yakin pemerintah akan mengusahakannya, namun harus bersabar tidak ada yang instan, semua butuh proses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H