Mohon tunggu...
Maria Lumintang
Maria Lumintang Mohon Tunggu... Penjahit - Jayalah Indonesia

Secangkir teh ditemani deburan ombak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar Membangunkan Desa dari Tidur Panjangnya

17 Mei 2023   18:48 Diperbarui: 17 Mei 2023   18:49 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). FOTO: Bisnis.com

Sejak 13 September 2022, Presiden Jokowi menerbitkan aturan percepatan pengembangan energi baru terbarukan atau EBT untuk penyediaan listrik. Aturan itu tertuang dalam Perpres Nomor 112 tahun 2022.

Mulai saat itu juga, seluruh kepala daerah merespon dengan membuat turunan dari Perpres tersebut. Kebijakan disesuaikan dengan aturan sang kepala negara. Intinya wajib mendukung peralihan energi kotor ke energi hijau. Salah satu kepala daerah yang tanggap isu EBT, menurut saya adalah Ganjar Pranowo.

Di bawah kepemimpinannya, Jawa Tengah memiliki 2.353 desa mandiri energi. Adanya desa energi ini mendorong bauran energi di Jawa Tengah mencapai 13,38 persen. Jumlah itu tercatat pada 2021 silam, setahun sebelum Perpres diteken oleh Presiden Jokowi. Mengapa saya menyebut Ganjar Pranowo, ya karena ini alasannya.

Sebelum diperintah Presiden Jokowi pun, Ganjar sudah melakukan terobosan-terobosan beralih menuju EBT. Bahkan sudah banyak pemanfaatan energi terbarukan, mulai pembangkit listrik tenaga surya, hidro, panas bumi, sampah, serta pemanfaatan energi nonlistrik seperti biodiesel, biogas, biomasa, dan gas rawa.

Ribuan desa mandiri energi itu ada klasifikasinya. Sebanyak 2.167 desa mandiri energi inisiatif, 160 desa mandiri energi berkembang, dan 26 desa mandiri mapan. Tentu, jumlah ini akan terus bertambah lebih banyak dengan menyesuaikan potensi EBT yang tersedia.

Seperti halnya di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Desa ini merupakan satu dari puluhan desa mandiri mapan yang memanfaatkan biogas sebagai energi alternatif pengganti elpiji. Berbekal empat ekor sapi, dan satu unit kandang, kini Desa Sukorejo memiliki 53 unit reaktor untuk menyuplai kebutuhan biogas 96 keluarga. Adanya biogas ini juga mampu menekan pengeluaran konsumsi elpiji bersubsidi. Otomatis warga kalau masak jadi lebih irit. Inisiasi Ganjar yang sudah ada sejak 2018 itu bertujuan untuk mendorong kemandirian dan kedaulatan energi di desa-desa.

Orkestrasi Ganjar soal energi hijau tak hanya desa mandiri energi. Gagasannya juga melahirkan pengembangan potensi EBT di gedung-gedung pemerintah, kawasan industri, dan sejumlah pondok pesantren. Di tempat-tempat itu, Ganjar memilih memasang papan sel surya sebagai upaya meninggalkan energi fosil. Pemanfaatan tenaga matahari itu rupanya juga dihembuskan ke pelaku UMKM dan petani-petani di Jawa Tengah.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). FOTO: Bisnis.com
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). FOTO: Bisnis.com

Membahas soal energi hijau, tak asyik kalau tak menyinggung persoalan viral yang beredar luas di media sosial. Belum lama ini, kita dipertontonkan aksi pemegang saham Adaro Grup yang memprotes pendirian pembangkit listrik tenaga uap alias PLTU berbasis batu bara.

Setidaknya ada dua orang yang menentang pembangunan PLTU baru itu sambil membentangkan spanduk penolakan di sela rapat umum pemegang saham (RUPS) Adaro Energi di Jakarta. Protes keras itu diketahui setelah rencana Adaro yang akan mendirikan PLTU baru berbahan dasar energi fosil di Kalimantan Utara untuk menyuplai smelter aluminium baru. Smelter itu digadang-gadang akan menjadi lumbung supply kendaraan listrik lewat green alumuniumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun