Saya pilih konteks dana desa. Dalam buku panduan antikorupsi milik KPK, kecurangan itu muncul dari rancangan anggaran biaya yang lebih tinggi dari harga pasar, hingga pemotongan dana desa. Kemungkinan yang terjadi selama ini karena faktor kemampuan terbatas aparat desa mengelola dana desa. Belum lagi, kurangnya fungsi pengawasan inilah yang menggoda aparat desa 'main-main' dalam pusaran lumpur korupsi.
Melalui desa antikorupsi, saya kok yakin kalau Ganjar bisa membenahi pengaturan regulasi, peningkatan kapasitas, hingga kompetensi aparat desa. Pengawasan ditingkatkan, warga dilibatkan, hingga menaikkan kapasitas aparat desa. Buktinya sudah ada 29 desa yang punya label desa antikorupsi. Upaya antikorupsinya begitu kompehensif, dari kalangan atas sampai bawah. Saya sepakat dengan kalian bahwa Ganjar sangat menyayangi pejabat pemerintahan sampai perangkat desa supaya tak terjerumus dalam praktik rasuah yang begitu menggiurkan.
Dengan begitu, celotehan yang membuat kita terngiang, perlahan akan punah dengan sendirinya. Adanya desa antikorupsi akan mengobarkan nilai-nilai integritas ke seluruh pelosok Indonesia. Ternyata, pembangunan budaya antikorupsi juga digalakkan melalui dunia pendidikan. Tercatat ada 23 SMA/SMK di Jateng yang menerapkan kurikulum antikorupsi. Kurikulum besutan Ganjar Pranowo ini merupakan caranya menyiapkan generasi muda untuk masa depan. Memang komprehensif.
Keempat, masih soal pendidikan. Sebanyak 5.546 guru honorer dalam naungan Jateng menerima gaji sesuai UMK daerah masing-masing plus 7,5 persen sampai 10 persen. Belum lagi, pada tahun ini ada pengangkatan 319.000 guru. Beriringan dengan kesejahteraan, Ganjar juga mencetak 18 SMK Negeri menjadi boarding school khusus siswa miskin. Program ini pertama kali ada di Indonesia. Lewat sekolah gratis berbasis asrama itu banyak lulusan yang bekerja di perusahaan besar nasional, bahkan internasional.
Jejak Ganjar Pranowo kian lebar ketika dia meluncurkan kembali Hetero Space di Banyumas. Start up ini merupakan ketiga kalinya yang ada di Jawa Tengah, setelah Semarang dan Surakarta. Saya bangga dengan adanya tambahan geliat usahawan ini yang dibuka juga untuk anak muda se Indonesia.
Apakah saya sah kalau bilang Ganjar merupakan represtatif pemimpin yang membawa kepedulian dari pemerintah hingga bisa dirasakan oleh warga? Tenang itu hanya sebuah pertanyaan saja yang tidak perlu dijawab sekarang.
Jika kita melihat gaya Ganjar Pranowo menjadi Gubernur Jawa Tengah, dia selalu mengakui kekurangannya. Berbanding terbalik dengan gaya pemimpin lainnya yang kita tahu selalu menunjukkan prestasi, tanpa mau melampirkan kekurangannya. Sampai-sampai, apa yang dibilang publik kurang pun selalu diakuinya.
Itulah kelakuan Ganjar yang saya rekam selama ini. Namun demikian, satu per satu bukti kerja kerasnya telah berbuah manis. Apalagi di tengah penetrasi internet yang makin masif ini. Tak ayal warga Jateng banyak yang puas dengan kinerjanya. Sebut saja hasil survei terbaru dari Poltracking Indonesia menunjukkan 84,3 persen responden terpuaskan dengan kinerja Ganjar Pranowo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H