Mohon tunggu...
Wislon Pardosi
Wislon Pardosi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tak Cukup Waktu untuk membicarakan masa lalu, selalu ada waktu utk membicarakan hal hal penting di masa depan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tatapan Kosong dan Pelukan kasih untuk Sahabatku

13 Agustus 2011   17:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:49 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terus melirik kekiri ke kanan , wajah itu terus mengikuti.. tiba tiba aku melihat disebelah kiri ada toko roti yang cukup terkenal , terburu buru saya segera menepi dan parkir, aku bergegas masuk kedalam yang disambut waitresnya.. Selamat siang pak, silahkan , sembari memberikan tempat roti ataukue yang akan kita pilih. lalu saya segera memilih beberaa kue dan roti , sekaligus mengambil empat botol minuman mineral , dan segera menuju kasir.. tolong dibungkus ya Mbak , pintaku sambil membayar sejumlah harga yang disodorkan. " terimakasih... selamat siang" , saya bergegas meninggalkan tempat itu , kunyalakan kenderaan dan berbalik arah..

masih dengan posisi yang sama , ibu dan anak itu masih berada disana , lagi lagi tidak mnegetahui kedatangan saya karena si ibu memandang kearah yang berbeda membelakangi arah yang saya tempuh, kembali aku lewati mereka dan berbalik arah , saya melihat tatapan kosong itu kembali .

Kuparkirkan kederaanku tak jauh dari mereka , kedatanganku menyita perhatiannya , sedikit kaget dan mengamatiku lebih tajam , " Bu.. ini saya belikan roti dan kue , dan didalam ada air minumnya juga , diterima ya Bu".. aku sodorkan bungkusan itu , dan masih keheranan si ibu menerimanya , aku membantu membukanya dan menunjukkannya . " ayo Bu.. dimakan.. silahkan , aku berharap sekali melihat Ibu itu memakan apa yang saya berikan . Tetapi dengan bicara yang perlahan , sang ibu berkata.. nanti kami makannya Pak , kalau anak saya sudah bangun akan saya berikan.. dan untuk saya sendiri saya sedang berpuasa , ini sudah bisa untuk saya berbuka nanti.. terimakasih ya Pak ! , kami merepotkan bapak saja..

Dug..dug.. jantungku berdegup mendengar kata tanya , dalam sulit yang teramat pahit , Si ibu masih menjalani puasa , pengorbanan yang tida tara.. begitu fikiranku , maaf karena saya non muslim jadi tidak mengetahui persis apa kira2 pahala yang akan diterima orang seperti ibu ini tetapi menjalankan sebagian ibadahnya dengan ikhlas. menurut aku pasti sangat besar pahalanya dimata Tuhan..

Dengan langkah berat , kembali akau permisi meninggalkan mereka , dengan anggukan yang berat juga mata sang Ibu mengikuti langkahku menuju kendaeraan , dan terus mengikuti hingga aku lewat dan hilang dari pandangannya.

Sambil meneruskan perjalananku , dalam hati saya berdo'a untuk mereka , " Tuhan... lindungilah mereka , biarlah dekapan itu menjadi singgasana yang sangat nyaman bagi anaknya, pertemukanlah mereka denagan apa yang mereka cari , tuntunlah mereka hinga sampai ke mata air tempat dimana mereka dapat menghilangkan dahaganya , jawablah upaya berpuasa dari Ibu yang mencariMu.

Jakarta, 13 Agustus 2011,

Kutuliskan untuk sahabatku , agar kau tahu mengapa aku datang terlambat hari ini.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun