Pilkada 2024 adalah refleksi getir dari demokrasi yang kehilangan arah. Ia bukan lagi kendaraan aspirasi, tetapi arena tempur penuh darah, meski darah itu hanya tumpah dalam bentuk idealisme yang terkoyak. Dan ketika perang ini berakhir, yang tersisa hanyalah luka---luka dari pengkhianatan ideologi, dan luka dari janji-janji yang tak pernah benar-benar dimaksudkan untuk ditepati. Lantas apa makna demokrasi yang setiap hari kita elu-elukan dan teriakkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!