Mohon tunggu...
Wisnu Dewa Wardhana
Wisnu Dewa Wardhana Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti

Seorang pembelajar dan pengagum pemikiran Bung Karno

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebagai Pewaris Api Semangat Bangsa

20 April 2023   05:35 Diperbarui: 20 April 2023   11:40 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kartini/vecteezy.com

Kartini mendapatkan berita buruk. Pada tahun 1901 Pemerintah Hindia Belanda menolak ide Kartini tentang sekolah khusus perempuan priyayi karena dianggap belum saatnya perempuan priyayi mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki.

Tak patah arang, Kartini bersama adiknya, Roekmini malah berinisiatif bergerak secara mandiri mendirikan sekolah khusus perempuan sendiri yang ditargetkan untuk anak-anak perempuan pegawai kecamatan. Dan pada Juli 1903 berdirilah sekolah perempuan pertama di Indonesia.

Sebulan setelah berdirinya sekolah perempuan tersebut, Raden Adipati Djojo Adiningrat, Bupati Rembang melamar Kartini untuk menjadi istri keempatnya. Kartini syok. Karena memiliki semangat mengubah feodalisme, dengan berat hati Kartini menerima lamaran sang Bupati. Namun dengan satu syarat: Kartini boleh terus melanjutkan sekolah perempuannya. Raden Adipati Djojo Adiningrat yang berpikiran progresif dan paham akan jalan pikir dan keyakinan Kartini menyetujui permintaan tersebut. Mereka menikah pada 8 November 1903.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Pada usia 25 tahun Kartini menghembuskan napas terakhirnya. Feodalisme Jawa pun masih terus bertahan.

Tapi entah disadarinya atau tidak, Kartini telah meletakkan bibit-bibit perlawanan terhadap patriarki dalam segala rupanya, termasuk kelas dan feodalisme.

Bibit-bibit tersebut kemudian berkembang dan tumbuh menjadi banyak sekolah dan bahkan organisasi perempuan. Termasuk Gerwani. Juga ada Aisyah dari Muhammadiyah, Wanoedya Oetomo yang kemudian bergabung ke Serikat Putri Islam, Wanita Katolik yang mengajari buruh perempuan pabrik rokok baca-tulis dan pelajaran agama. Lalu Wanita Taman Siswa, kemudian Madjoe Kemuliaan dan Hati Soetji yang melawan pelacuran dan perdagangan perempuan yang kesemua informasi tersebut tidak tercantum di buku-buku sejarah sekolah.

Pergerakan perempuan semakin bergeliat. Dahulu, ada nama Raden Sukaesih dari Sarekat Rakyat dan Munapsiah dari PKI. Mereka berdua sempat berbicara di kongres PKI pada Juni 1924. Di kongres ini, Raden Sukaesih dan Munapsiah berbicara tentang pentingnya perempuan berjuang untuk hak-haknya atau pasti mereka akan disisihkan oleh laki-laki dan kapitalis.

Kini, pergerakan perempuan harus lebih ditingkatkan perannya. Di DPR, contohnya. Dengan adanya UU Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik dan UU Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum adalah langkah kongkret mengajak perempuan terlibat dalam keputusan-keputusan politik yang membangun peradaban bangsa.

Kartini masa kini di mata saya

Siti Nurizka Puteri Jaya/Dok Pribadi
Siti Nurizka Puteri Jaya/Dok Pribadi

Secara pribadi, tidak sedikit perempuan yang saya kenal di lingkungan politik. Berawal dari perkenalan tidak sengaja dengan Siti Nurizka Puteri Jaya, saya mulai mengamati sepak terjang perempuan yang duduk di Komisi 3 DPR-RI tersebut. Laku hidupnya, tutur perkataannya, pola dan gaya pemikirannya, serta semangat juangnya adalah poin-poin yang menjadi dasar untuk saya mengamatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun