Bekasi - Lebaran merupakan hari kemenangan bagi umat islam setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh dan menjadi hari untuk meleburkan kesalahan dengan saling memaafkan. Minggu, 23 April 2023.
Tentu saja jika kita menyebut kata Lebaran, kita akan mengingat satu tradisi turun-menurun yang tidak pernah hilang bagi masyarakat Indonesia, yaitu mudik atau pulang kampung.
Walaupun beberapa tahun belakangan ini tradisi tersebut sempat dihentikan oleh pemerintah, karena wabah Covid 19.
Setelah wabah tersebut dinyatakan selesai oleh pemerintah, kini masyarakat bisa kembali melakukan tradisi mudik Lebaran.
Bahkan Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah pemudik pada Lebaran tahun 2023 akan mencapai 123,8 juta jiwa, meningkat 47% secara nasional jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Disini, penulis akan mengangkat sebuah tradisi unik warga Perumahan Mustika Grande RT. 017, RW. 013, Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, untuk menjaga keamanan lingkungan selama ditinggal mudik dan mempererat tali persaudaraan sesama warga.
Tradisi ini sudah berjalan sekitar 10 tahun terakhir, sejak awal terbentuknya lingkungan RT. 017 yang diketuai oleh Suriyanto.
Tradisi tersebut yaitu, setiap warga yang tidak mudik diwajibkan untuk melakukan ronda setiap malam dengan dibagi menjadi beberapa regu ronda, sedangkan untuk yang mudik diwajibkan membayar iuran sebesar 50 ribu yang nantinya iuran tersebut akan digunakan untuk konsumsi bagi warga yang ronda, tentunya kebijakan itu dibuat sudah melalui musyawarah dan kesepakatan warga terlebih dahulu.
Untuk penulis sendiri yang tidak ikut mudik, tentunya menjadi salah satu warga yang bertanggung jawab untuk menjaga keamanan lingkungan.
Disinilah ada satu keseruan tersendiri bagi warga yang tidak mudik, setiap malam yang mempunyai kewajiban ronda akan mengelolah iuran dari warga yang mudik dengan mengadakan makan bersama, bahkan warga yang tidak mendapat jadwal ronda ikut berbaur bersama menikmati hidangan yang telah tersedia.
Dari situlah tercipta suasana kekeluargaan yang mungkin dilingkungan lain tidak tercipta, dimana warga saling berkomunikasi dan bercanda gurau, bahkan sesekali terdengar tawa yang begitu lepas dari warga.
Sungguh menjadi suasana yang begitu akrab, bahkan penulis sendiri merasa memiliki keluarga baru, selain menjaga lingkungan tentu saja kekompakan dan tali persaudaraan akan terjalin erat.
Kegiatan itu dijalankan warga mulai H-3 s/d H+3 Lebaran, selain itu, ada satu hal yang menciptakan suana Lebaran terasa lebih indah, pagi hari sebelum sholat Ied dimulai warga yang tidak mudik akan berkumpul untuk bersama-sama melaksanakan sholat Ied, sementara tahun ini warga RT. 017 menjalankan sholat Ied di Masjid sebelah, karena Mushola Al-Muttaqin yang menjadi tempat ibadah kami, tahun ini tidak mengadakan sholat Ied berjamaah.
Selesai menjalankan sholat Ied, kembali warga berkumpul disatu titik untuk berjabat tangan saling memaafkan, disitu sesekali terdengar tangis sedih dan haru dari para ibu-ibu, selesai itu baru warga melakukan aktifitasnya masing-masing dengan bersilaturahmi ke tempat sanak family.
Merayakan Lebaran tidak terhenti sampai disitu, setelah warga yang mudik kembali ke lingkungan, pengurus RT akan mengadakan halal bihalal untuk semua warga, halal bihalal biasanya akan bertempat dilapangan Fasos RT, seluruh warga akan berkumpul menjadi satu dilapangan untuk melebur semua kesalahan dengan saling memaafkan, tentu saja banyak makanan khas setiap daerah tersedia disitu, karena warga yang kembali dari mudik biasanya akan membawa oleh-oleh makanan khas daerahnya masing-masing untuk kita makan bersama-sama.
Sungguh semua itu menciptakan lingkungan yang harmonis, damai, nyaman dan aman, semoga segala hal kebaikan akan selalu tercipta.
(Wsn)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H