Jakarta - Sakhroji Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Administrasi Jakarta Timur (Jaktim) menegaskan Bawaslu butuh berkolaborasi dengan banyak pihak dalam menangkal isu hoaks yang terjadi di media sosial selama tahapan pemilu.
Hal itu disampaikan dalam acara pengelolaan kehumasan, peliputan dan dokumentasi serta informasi publik Bawaslu dengan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Kantor Sekretariat Bawaslu Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta, Selasa, (31/01/2023).
Kegiatan Pengelolaan Kehumasan, Peliputan dan Dokumentasi serta Informasi Publik dengan tema Mengantisipasi Hoaks/Berita Bohong Pada Pemilu Serentak Tahun 2024, dihadiri ketua Bawaslu dan jajaran komisioner, sekretariat Bawaslu Jakarta Timur, serta mahasiswa jurusan ilmu politik UI dan UPN Veteran.
"Bawaslu butuh kolaborasi dengan banyak pihak seperti SMSI saat ini, diskusi kolaborasi dengan berbagai pihak diperlukan dalam menangkal isu hoaks di media sosial," kata Sakhroji.
Meski begitu dia menambahkan tantangan pada Pemilu 2024 khususnya di media sosial tidaklah banyak berubah. Ini dikarenakan regulasi yang digunakan masih sama.
Kolaborasi dengan multistakeholder tersebut nantinya bisa dengan memproduksi konten-konten informasi yang benar untuk disebarluaskan.
 "Kerjasama ini harus kita lakukan, sebab seringkali hoaks viral karena berita yang benar tidak viral, Bawaslu juga sangat terbuka dan siap Terima kritikan," ungkapnya.
"Berita bohong atau hoaks merupakan permasalahan lama yang sering kali terulang pada setiap penyelenggaraan pemilu. Mulai dari Hoaks kepada penyelenggara pemilu, surat suara tercoblos dan lain sebagainya. Maka dari itu bagaimana kita mencegah terjadi maupun tersebarnya berita bohong atau hoaks secara masif menjadi strategi kita menciptakan pemilu yang aman dan damai," ujar Marhadi, Koordinator Divisi Pencegahan, Parmas dan Humas Bawaslu Kota Jakarta Timur.
Diskusi menghadirkan pembicara dari Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jakarta Timur Hatta Taher dan Mahar Prastowo.
Hatta yang juga seorang vlogger memaparkan materi terkait dengan bagaimana menyikapi Hoaks atau Berita Bohong di Era Post Truth dimana dampak dari berita bohong sangat besar terhadap masyarakat. Media sosial sebagai wadah dimanika informasi menjadi tempat yang paling rentan terjadi hoaks atau berita bohong apalagi menurut laporan Statica (2021) pengguna media sosial sudah melebihi setengah penduduk Indonesia.
"Untuk melawan hoax atau berita bohong tersebut kita dapat mengantisipasinya dengan membuat konten yang baik serta edukasi kepemiluan secara masif," ujar Hatta.
Hatta juga mengajak peserta untuk mencermati judul berita dan berhati-hati terhadap berita yang mengandung provokasi.
(Red)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H