Mohon tunggu...
Wisnu Sudarwanto
Wisnu Sudarwanto Mohon Tunggu... Guru - seorang guru SD

Hobi bulu tangkis dan mendengarkan musik pop

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Model Pembelajaran Cooperative Take and Give dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

19 November 2022   00:17 Diperbarui: 19 November 2022   00:27 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada dasarnya semua guru menginginkan kompetensi tercapai dalam setiap proses pembelajaran. Salah satu wujud kompetensi tersebut adalah keterampilan berpikir dan kerjasama siswa. Aktivitas berpikir dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pembelajaran. 

Melalui keaktifan siswa dan kerjasama diharapkan prestasi belajar siswa akan mengalami peningkatan. Salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam kerjasama adalah melalui penerapan pembelajaran kontekstual dengan metode kooperatif. Pengajaran kooperatif (Cooperative Learning) berfokus pada penggunaan sekelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti menyebutkan bahwa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa-siswa masih terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap individual sehingga kerjasama antar siswa masih kurang. Nampak pula adanya siswa yang bersifat tertutup dan malu bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti. 

Hal itu mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam memahami materi yang di sampaikan oleh guru.
Kekurangaktifan siswa yang terlibat dalam pembelajaran dapat terjadi karena metode yang digunakan kurang melibatkan aktivitas siswa secara langsung. 

Pembelajaran di kelas masih banyak didominasi oleh guru sehingga kurang mampu membangun persepsi, minat, dan sikap siswa yang lebih baik. Lufri (2003) menyatakan bahwa kebanyakan anak didik mengalami kebosanan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagian besar disebabkan oleh faktor didaktik, termasuk metode pengajaran yang berpusat pada guru. Dengan kurangnya minat dan sikap siswa tersebut berdampak terhadap hasil belajar yang secara umum kurang memuaskan.

Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pelajar dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) sebagaimana dijelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia (1995:787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pelajar.

Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. 

Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil  belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasil

Belajar merupakan usaha sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan guna mengembangkan diri anak didik sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Menurut Oemar (2009:27-28) "belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, belajar bukan hanya mengingat, tetapi juga mengalami. Dari belajar, siswa menjadi tahu apa yang tidak mereka ketahui selama ini".

Belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya. 

Nawawi (1981:100) mengemukakan pengertian hasil adalah sebagai berikut: keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu. Untuk mencapai prestasi belajar dapat di tempuh guru dalam pembelajaran melalui berbagai model-model pembelajaran.

Sebagai contoh model pembelajaran Take and Give. Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi.

Take and give secara bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi, maksud take and give dalam model pembelajaran ini adalah dimana siswa mengambil dan memberi pelajaran pada siswa yang lainnya. "beberapa ahli percaya bahwa suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lain.

Mengajar teman sebaya maksudnya, yakni memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang lain. Strategi berikut juga memberikan kepada pengajar tambahan-tambahan apabila mengajar dilakukan oleh peserta didik" (Melvin silberman, active learning 101 strategi pembelajaran aktif).

Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan  guru dan teman sebayanya (siswa lain).

Dalam melakukan metode take and give ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pendidik  yaitu : siapkan kelas sebagaimana mestinya, jelaskan materi sesuai topic, untuk memantapkan penguasaan peserta, tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) kurang lebih 5 menit, semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing. 

Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu control, demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing, untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang sesuai dengan kartunya (kartu orang lain), strategi ini dapat dimodifikasikan sesuai keadaan, kesimpulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun