Mohon tunggu...
Wisnu Rahmat Saputra
Wisnu Rahmat Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

A full-time International Relations deeply interest in politics, human right, economy, environmental and sustainability issues

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Belt and Road Initiative Tiongkok dari Perspektif Liberalisme

22 Maret 2024   11:11 Diperbarui: 22 Maret 2024   23:54 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Secara keseluruhan, BRI dari perspektif liberalisme dianggap sebagai upaya yang signifikan untuk memperdalam integrasi ekonomi global dan regional, serta mempromosikan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di berbagai negara yang terlibat dalam inisiatif ini.

Implikasi Politik BRI dari Perspektif Liberalisme:

Dari perspektif liberalisme, Belt and Road Initiative (BRI) yang dirumuskan oleh Tiongkok memiliki implikasi politik yang signifikan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, BRI cenderung mempengaruhi tata kelola politik di negara-negara penerima investasi dengan meningkatkan pengaruh politik Tiongkok melalui perjanjian kerjasama yang dilakukan. Namun, hal ini juga dapat menimbulkan tantangan terhadap praktik demokrasi di negara-negara tersebut, terutama karena proyek-proyek BRI sering kali kurang transparan, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip liberalisme politik yang menekankan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan.

Kedua, dalam hal praktik demokrasi, investasi dan proyek infrastruktur BRI dapat memengaruhi praktik demokrasi di negara-negara penerima. Liberalisme politik menegaskan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap kegiatan pemerintahan, namun proyek-proyek BRI sering kali kurang memperhatikan hal ini. Hal ini menjadi perhatian karena kurangnya transparansi dapat menghambat pengawasan publik dan berpotensi menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan.

Ketiga, dalam hal hak asasi manusia, pelaksanaan proyek BRI dapat menimbulkan masalah seperti penggusuran paksa atau kondisi kerja yang buruk. Prinsip-prinsip liberalisme politik menawarkan kerangka kerja untuk menangani pelanggaran hak asasi manusia dengan menekankan perlindungan hak individu dan pentingnya menilai dan menanggapi pelanggaran tersebut.

Meskipun ada kekhawatiran terhadap dampak negatifnya, BRI juga memiliki potensi untuk meningkatkan konektivitas global dan pertumbuhan ekonomi, yang sejalan dengan prinsip liberalisme tentang kemajuan dan kerjasama internasional. Namun, perlu dilakukan analisis yang cermat untuk memastikan bahwa implementasi BRI juga memperhatikan aspek-aspek liberalisme politik yang penting, seperti transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan hak asasi manusia, untuk memastikan dampaknya yang positif bagi semua pihak yang terlibat.

BRI dan Prinsip-prinsip Liberalisme

Belt and Road Initiative (BRI) memainkan peran penting dalam meningkatkan konektivitas lintas benua melalui kerja sama ekonomi yang mengedepankan pembangunan infrastruktur. Dalam interaksinya dengan standar internasional, seperti standar lingkungan dan keberlanjutan, BRI secara implisit mempertimbangkan faktor-faktor ini untuk memastikan bahwa pembangunan infrastruktur tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga tidak merugikan lingkungan serta berlangsung secara berkelanjutan. Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan, kerja sama ekonomi dalam BRI kemungkinan memperhatikan standar-standar ini sebagai bagian dari pendekatan yang fleksibel dan terbuka yang diterapkan dalam inisiatif ini.

Dalam konteks prinsip-prinsip liberalisme, BRI dianggap sebagai agenda keamanan liberal Tiongkok yang bertujuan menciptakan stabilitas di kawasan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Sesuai dengan pemikiran liberal, BRI menekankan pada kerja sama ekonomi sebagai cara untuk menciptakan interdependensi antar negara dan mengurangi potensi konflik. Prinsip-prinsip liberalisme juga menyoroti pentingnya lembaga internasional dalam memfasilitasi kerja sama ekonomi semacam ini, yang sejalan dengan upaya Tiongkok untuk mengajak negara-negara lain untuk berkontribusi aktif dalam menjaga stabilitas kawasan melalui kerja sama ekonomi.

Konsekuensi politik dari BRI termasuk peningkatan pengaruh Tiongkok di kawasan dan secara internasional. Ini tercermin dalam hubungan ekonomi dan politik yang semakin harmonis antara negara-negara yang terlibat dalam BRI. Meskipun demikian, BRI tidak bersifat menyerang terhadap atau menawarkan alternatif sistematis terhadap tatanan liberal yang ada. Implementasinya yang fleksibel dan terbuka menunjukkan komitmen Tiongkok terhadap kerja sama internasional yang dapat memberikan manfaat bersama, sesuai dengan prinsip-prinsip liberalisme yang menekankan pada pentingnya kerja sama ekonomi untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas lintas negara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun