Mohon tunggu...
Wisnu Rahmat Saputra
Wisnu Rahmat Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

A full-time International Relations deeply interest in politics, human right, economy, environmental and sustainability issues

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merkantilisme dan Perdagangan Global

7 Maret 2024   02:33 Diperbarui: 7 Maret 2024   02:41 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merkantilisme bisa didefinisikan sebagai suatu konsep dalam ekonomi yang menyatakan bahwa suatu negara harus menjadi mandiri dan tidak bergantung dengan negara maupun pihak lain. Hal diatas diwujudkan dengan cara membuat nilai ekspor lebih besar dari nilai impor. Dalam konteks ini, kemandirian dimaksudkan agar negara dapat mencukupi kebutuhan dalam negerinya tanpa bergantung dengan negara lain. Merkantilisme memandang bahwa negara harus pandai dalam berdagang dan mengumpulkan kekayaan, dimana pada saat itu emas dan perak menjadi tolak ukur kekayaan. Dengan kata lain, merkantilisme menjadi pedoman untuk negara menjadi mandiri secara ekonomi serta mampu untuk menjaga kekayaannya. 

Konteks Sejarah Merkantilisme

Kemunculan Merkantilisme dimulai di Eropa pada abad ke-16, hal ini beriringan dengan kemunculan negara-bangsa. Seperti yang sudah dijelaskan diatas kekayaan diukur dengan emas dan perak, negara-negara bertujuan mengumpulkan emas dan perak melalui neraca perdagangan yang menguntungkan.

Pendekatan Merkantilisme mendominasi hingga abad ke-19, namun akhirnya mengalami penurunan yang merupakan dampak dari munculnya liberalisme ekonomi dan kritik terhadap perspektif zero-sum game serta distribusi kekayaan yang tidak merata.

Merkantilisme melibatkan intervensi pemerintah untuk mengatur perdagangan, memaksimalkan ekspor, meminimalkan impor, serta melindungi produksi barang dalam negeri. Kontrol tersebut dilakukan melalui tarif dan kendali perdagangan. Upaya yang dilakukan ini pada akhirnya mengakibatkan adanya pendirian koloni, kontrol perdagangan, dan negara menjadi terfokus untuk menjaga saldo perdagangan positif bagi negara induk.

Prinsip Utama Merkantilisme

  1. Neraca Perdagangan

Dalam konteks merkantilisme, neraca perdagangan adalah konsep ekonomi yang menekankan kemandirian dengan strategi membuat neraca perdagangan yang menguntungkan. Seperti yang sudah disebutkan di awal, hal tersebut dilakukan dengan cara memaksimalkan ekspor dan meminimalkan impor untuk menjaga neraca perdagangan positif dengan negara lain.

  1. Akumulasi Kekayaan

Konsep akumulasi kekayaan memiliki fokus pada neraca perdagangan positif dengan mengekspor lebih banyak barang dan jasa daripada mengimpor. Dengan cara ini, negara dapat mengakumulasi kekayaan dan sumber daya yang dimiliki. 

  1. Intervensi Pemerintah

Merkantilisme melibatkan intervensi pemerintah, hal ini bermaksud untuk melindungi industri dalam negeri. Intervensi yang dilakukan biasanya merupakan kebijakan yang mencakup pembatasan impor dan penggunaan tarif serta langkah-langkah lainnya yang bertujuan mendukung industri lokal untuk bersaing dengan pesaing asing.

Perkembangan Merkantilisme

  1. Awal Kemunculan

Kemunculan merkantilisme pada abad ke-16 dimulai dengan diciptakannya istilah "Ekonomi Politik" oleh Sir William Petty tahun 1671 serta perkembangannya melalui karya-karya pemikir lain seperti Francis Bacon. Kontribusi Petty dalam bidang ini melibatkan pengembangan 'aritmatika politik' yang merupakan pendahulu sebelum munculnya statistik modern.

  1. Pergeseran dan Kritik Merkantilisme

Pergeseran konsep merkantilisme di dunia pada saat itu dipimpin oleh Adam Smith selama era Pencerahan. Adam Smith menentang merkantilisme, yang telah menjadi panduan utama ekonomi sejak abad ke-16 melalui karyanya "The Wealth Nations". Pemikiran Adam Smith kemudian menjadi dasar bagi ekonomi klasik dan liberalisme ekonomi. 

Kritik terhadap pendekatan merkantilisme muncul dari pandangannya terhadap ekonomi sebagai zero-sum game, dimana ketika satu negara mendapat keuntungan berarti secara otomatis negara lain akan mendapat kerugian. Sudut pandang ini ditantang melalui kritik oleh para ekonom pada akhirnya yang percaya bahwa perdagangan bisa saling menguntungkan bagi semua pihak.

Selain itu, pemisahan antara ekonomi dan politik menjadi konsep yang sering muncul seiring evolusi pemikiran ekonomi. Merkantilisme pada dasarnya tidak memiliki kemampuan untuk membedakan dengan tajam antara keduanya. Hal tersebut terjadi karena negara memainkan peran sentral dalam kebijakan ekonomi. Pada akhirnya pemikir pada era Adam Smith mulai berpendapat bahwa kemandirian ekonomi harus dipisahkan dari pengaruh politik.

William Stanley Jevons, yang merupakan tokoh kunci selama revolusi industri, memberikan kontribusinya pada Revolusi Marginal, yang menggeser analisis ekonomi ke keputusan individu. Jevons menentang pemisahan antara kemandirian ekonomi dan pengaruh politik dan mengklaim bahwa struktur dan kebijakan politik secara langsung akan memengaruhi perilaku dan hasil ekonomi. Karya Jevons sekaligus menjadi dasar-dasar ekonomi mikro modern dan menekankan keterkaitan tindakan ekonomi dan politik. 

Dampak Merkantilisme pada Perdagangan Global

Salah satu dampak utama dari merkantilisme terjadi dalam konteks kolonialisme. Merkantilisme mendukung ekspansi kolonial untuk memperoleh sumber daya dan membentuk portofolio perdagangan. Koloni berfungsi sebagai penyedia bahan baku bagi negara induk serta menjadi pasar untuk produk jadi. Hal ini menciptakan hubungan ekonomi di mana koloni diharapkan untuk menyediakan kebutuhan bahan mentah dan sekaligus menjadi konsumen produk hasil industri dari negara induk.

Selain Itu, kebijakan perdagangan dan tarif juga menjadi bagian dari penerapan merkantilisme. Kebijakan-kebijakan ini melibatkan intervensi pemerintah untuk mengontrol perdagangan, seperti Navigation Acts yang mengatur perdagangan untuk menguntungkan negara induk dan menjaga agar saldo perdagangan yang positif. Meskipun tujuan awalnya adalah untuk melindungi kepentingan ekonomi negara induk, kebijakan ini juga memberikan dampak negatif pada peluang perdagangan dan perkembangan industri di negara koloni, menciptakan disparitas ekonomi yang signifikan. 

Sebagai tambahan, dalam hal konsekuensi ekonomi meskipun merkantilisme memberikan pasar yang terjamin dan perlindungan dari persaingan bagi negara induk, namun pada saat yang sama, hal ini membatasi peluang perdagangan dan pembangunan industri di koloni. Hal ini tentu akan menyebabkan ketidaksetaraan ekonomi yang berkelanjutan di antara keduanya, negara induk dan negara koloni. Oleh karena itu, selain dapat memberikan keuntungan tertentu, merkantilisme juga memiliki dampak yang kompleks terhadap perkembangan ekonomi global.

Dampak Merkantilisme terhadap Ekonomi Modern

Walaupun dianggap sebagai konsep yang usang, beberapa kebijakan ekonomi modern mencerminkan ide-ide merkantilisme, seperti tarif dan pembatasan perdagangan. Merkantilisme, berkat penekanan pada neraca perdagangan yang menguntungkan dan kemandirian ekonomi, tercermin dalam kebijakan yang bersifat proteksionis di masa modern. Hal tersebut termasuk kebijakan tarif, subsidi untuk industri domestik, devaluasi mata uang, dan pembatasan migrasi tenaga kerja asing. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mekantilisme merupakan konsep yang berkembang beberapa abad lalu, namun prinsip- prinsip yang dimilikinya masih relevan dan bahkan diterapkan dalam kebijakan ekonomi modern untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional

Merkantilisme masa kini, atau dapat disebut dengan neo-merkantilisme, mendapat kritik karena berpotensi menyebabkan perang dagang dan membatasi kerjasama internasional. Para kritikus berpendapat bahwa kebijakan seperti ini dapat merusak hubungan ekonomi global dan pembangunan. Ketika negara-negara menerapkan kebijakan proteksionis untuk melindungi industri dalam negeri mereka, hal ini seringkali menciptakan ketegangan dan konflik dengan negara lain yang merasa dirugikan oleh kebijakan tersebut. Akibatnya, hal ini tentu dapat menghambat kerja sama ekonomi dan pertumbuhan ekonomi global.

Kebangkitan kebijakan merkantilisme belakangan ini menandakan pergeseran menuju nasionalisme ekonomi. Hal ini berdampak pada perjanjian perdagangan internasional dan dapat memengaruhi keputusan pemerintah mengenai strategi ekonomi nasional dan kebijakan luar negeri. Peningkatan fokus pada perlindungan kepentingan ekonomi nasional melalui kebijakan ekonomi dapat memengaruhi dinamika perdagangan global dan hubungan antar negara, dengan potensi membuat negara lebih cenderung mengambil pendekatan unilateral dalam urusan ekonomi daripada bekerja sama secara multilateral.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun