Pergeseran dan Kritik Merkantilisme
Pergeseran konsep merkantilisme di dunia pada saat itu dipimpin oleh Adam Smith selama era Pencerahan. Adam Smith menentang merkantilisme, yang telah menjadi panduan utama ekonomi sejak abad ke-16 melalui karyanya "The Wealth Nations". Pemikiran Adam Smith kemudian menjadi dasar bagi ekonomi klasik dan liberalisme ekonomi.Â
Kritik terhadap pendekatan merkantilisme muncul dari pandangannya terhadap ekonomi sebagai zero-sum game, dimana ketika satu negara mendapat keuntungan berarti secara otomatis negara lain akan mendapat kerugian. Sudut pandang ini ditantang melalui kritik oleh para ekonom pada akhirnya yang percaya bahwa perdagangan bisa saling menguntungkan bagi semua pihak.
Selain itu, pemisahan antara ekonomi dan politik menjadi konsep yang sering muncul seiring evolusi pemikiran ekonomi. Merkantilisme pada dasarnya tidak memiliki kemampuan untuk membedakan dengan tajam antara keduanya. Hal tersebut terjadi karena negara memainkan peran sentral dalam kebijakan ekonomi. Pada akhirnya pemikir pada era Adam Smith mulai berpendapat bahwa kemandirian ekonomi harus dipisahkan dari pengaruh politik.
William Stanley Jevons, yang merupakan tokoh kunci selama revolusi industri, memberikan kontribusinya pada Revolusi Marginal, yang menggeser analisis ekonomi ke keputusan individu. Jevons menentang pemisahan antara kemandirian ekonomi dan pengaruh politik dan mengklaim bahwa struktur dan kebijakan politik secara langsung akan memengaruhi perilaku dan hasil ekonomi. Karya Jevons sekaligus menjadi dasar-dasar ekonomi mikro modern dan menekankan keterkaitan tindakan ekonomi dan politik.Â
Dampak Merkantilisme pada Perdagangan Global
Salah satu dampak utama dari merkantilisme terjadi dalam konteks kolonialisme. Merkantilisme mendukung ekspansi kolonial untuk memperoleh sumber daya dan membentuk portofolio perdagangan. Koloni berfungsi sebagai penyedia bahan baku bagi negara induk serta menjadi pasar untuk produk jadi. Hal ini menciptakan hubungan ekonomi di mana koloni diharapkan untuk menyediakan kebutuhan bahan mentah dan sekaligus menjadi konsumen produk hasil industri dari negara induk.
Selain Itu, kebijakan perdagangan dan tarif juga menjadi bagian dari penerapan merkantilisme. Kebijakan-kebijakan ini melibatkan intervensi pemerintah untuk mengontrol perdagangan, seperti Navigation Acts yang mengatur perdagangan untuk menguntungkan negara induk dan menjaga agar saldo perdagangan yang positif. Meskipun tujuan awalnya adalah untuk melindungi kepentingan ekonomi negara induk, kebijakan ini juga memberikan dampak negatif pada peluang perdagangan dan perkembangan industri di negara koloni, menciptakan disparitas ekonomi yang signifikan.Â
Sebagai tambahan, dalam hal konsekuensi ekonomi meskipun merkantilisme memberikan pasar yang terjamin dan perlindungan dari persaingan bagi negara induk, namun pada saat yang sama, hal ini membatasi peluang perdagangan dan pembangunan industri di koloni. Hal ini tentu akan menyebabkan ketidaksetaraan ekonomi yang berkelanjutan di antara keduanya, negara induk dan negara koloni. Oleh karena itu, selain dapat memberikan keuntungan tertentu, merkantilisme juga memiliki dampak yang kompleks terhadap perkembangan ekonomi global.
Dampak Merkantilisme terhadap Ekonomi Modern
Walaupun dianggap sebagai konsep yang usang, beberapa kebijakan ekonomi modern mencerminkan ide-ide merkantilisme, seperti tarif dan pembatasan perdagangan. Merkantilisme, berkat penekanan pada neraca perdagangan yang menguntungkan dan kemandirian ekonomi, tercermin dalam kebijakan yang bersifat proteksionis di masa modern. Hal tersebut termasuk kebijakan tarif, subsidi untuk industri domestik, devaluasi mata uang, dan pembatasan migrasi tenaga kerja asing. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mekantilisme merupakan konsep yang berkembang beberapa abad lalu, namun prinsip- prinsip yang dimilikinya masih relevan dan bahkan diterapkan dalam kebijakan ekonomi modern untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional
Merkantilisme masa kini, atau dapat disebut dengan neo-merkantilisme, mendapat kritik karena berpotensi menyebabkan perang dagang dan membatasi kerjasama internasional. Para kritikus berpendapat bahwa kebijakan seperti ini dapat merusak hubungan ekonomi global dan pembangunan. Ketika negara-negara menerapkan kebijakan proteksionis untuk melindungi industri dalam negeri mereka, hal ini seringkali menciptakan ketegangan dan konflik dengan negara lain yang merasa dirugikan oleh kebijakan tersebut. Akibatnya, hal ini tentu dapat menghambat kerja sama ekonomi dan pertumbuhan ekonomi global.
Kebangkitan kebijakan merkantilisme belakangan ini menandakan pergeseran menuju nasionalisme ekonomi. Hal ini berdampak pada perjanjian perdagangan internasional dan dapat memengaruhi keputusan pemerintah mengenai strategi ekonomi nasional dan kebijakan luar negeri. Peningkatan fokus pada perlindungan kepentingan ekonomi nasional melalui kebijakan ekonomi dapat memengaruhi dinamika perdagangan global dan hubungan antar negara, dengan potensi membuat negara lebih cenderung mengambil pendekatan unilateral dalam urusan ekonomi daripada bekerja sama secara multilateral.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI