Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

ayah yang baik

23 Januari 2011   10:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:16 2364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

lama tidak bertemu, tvone mempertemukan saya dengan pak yani. tidak lama pertemuannya. pertemuannya pun tidak langsung karena hanya saling menyapa difasilitasi tvone untuk acara di satu segmen apa kabar indonesia petang jumat lalu. pak yani yang saya maksud adalah staf khusus presiden bidang publikasi dan dokumentasi. sebuah posisi untuk staf khusus yang hanya ada di periode kedua pemerintahan pak beye. senang bisa menyapa pak yani. saya mengenalnya ketika pak yani masih dinas di markas besar tni di cilangkap dan berpangkat letnan kolonel. saat ini, saya yakin pangkat pak yani sudah naik. ada satu bintang di pundaknya. posisinya sebagai tentara yang ada di lingkaran dalam pak beye sepertinya mengganti keberadaan pak kurdi. anda pasti masih ingat siapa pak kurdi. selain menjadi staf khusus bidang sosial, pak kurdi adalah penyebar dan penjaga majelis dzikir nurussalam sby. saat ramadhan, pak kurdi yang dekat sekali dengan pak sudi  sering tampil di tvri dengan seragam majelis dzikir nurussalam sby. untuk majelis dzikir ini, anda pasti jauh lebih ingat bagaimana peran dan kiprahnya untuk pak beye. kembali ke pak yani. sebagai yang cukup lama dekat dengan pak beye, saya yakin, pak yani mengerti betul bagaimana maksud dari ujaran-ujaran pak beye. terlebih, di periode kedua ini, pak yani memang lebih dekat secara fisik karena ada di antara rombongan tim hore. karena itu, ketika ditanya mas rizky presenter tvone yang dulu juga pernah tugas di istana di periode pertama pak beye, pak yani gamblang menjelaskan apa maksud dari ujaran pak beye soal tidak naiknya gaji selama tujuh tahun terkahir. sayang saya tidak bisa berjumpa muka ke muka dengan pak yani. saya di yogyakarta sementara pak yani ada di jakarta. kalau bisa bertemu muka ke muka, apalagi hati ke hati, saya pasti dapat menggali lebih banyak apa yang dimaksud pak beye dengan ujarannya tentang gaji. namun, dari sekilas saya berjumpa dengan jarak terbentang sekitar 500 kilometer, saya menangkap satu hal dan saya yakini. dengan mengujarkan masalah gajinya yang tidak naik juga sepanjang tujuh tahun, pak beye hendak mengakatan dirinya seorang ayah yang baik. kenapa hal itu perlu dinyatakan? alasan pastinya saya tidak tahu karena tidak sempat bertanya. namun, dari apa yang terjadi akhir-akhir ini, terutama terkait sembilan bohong baru dan sembilan bohong lama, posisi sebagai ayah yang baik perlu dikemukakan. bukankah ayah boleh berbohong untuk kebaikan anak-anaknya? pertanyaannya, siapa anak-anak dari ayah yang baik itu? saya mencoba mencari tahu. setelah mengetahui di depan siapa pak beye mengujarkan lagi soal gajinya yang tidak naik selama tujuh tahun, saya lantas yakin. anak-anak dari ayah yang baik itu adalah tentara, polisi, pegawai negeri, dan pensiunannya. lantas, di mana kebaikan pak beye? berbeda dengan tentara, polisi, pegawai negeri, dan tentara yang terus naik gajinya, pak beye memang tidak naik gajinya. tahun pertama (2004-2005), gaji pak beye dan gaji anak-anaknya tidak naik. namun, mulai 2006, gaji anak-anaknya bergolongan terendah naik dari rp 674.050 menjadi rp 1.000.000. tahun 2007, gaji anak-anaknya naik menjadi rp 1.285.400. tahun 2008, gaji anak-anaknya naik menjadi rp 1.568.000. tahun 2009, gaji anak-anaknya naik lagi menjadi rp 1.721.300. tahun 2010, gaji anak-anak dari ayah yang baik itu naik menjadi sekitar rp 2.000.000. selain itu, ayah yang baik itu juga memperbaiki kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan. selain kenaikan gaji yang rerata 15 persen tiap tahun, anak-anak dari ayah yang baik itu juga rutin mendapat gaji ke-13 sejak pak beye menjabat. kurang baik apa coba? merelakan dirinya berkorban tidak naik gaji untuk kenaikan gaji anak-anaknya. dengan ujaran itu, pak beye yang digempur para tokoh agama dengan sembilan kebohongan baru dan sembilan kebohongan lama hendak mengatakan dirinya selain adalah ayah yang baik juga bukan pembohong. janjinya untuk meningkatkan kesejahteraan bukan omong kosong. buktinya, anak-anaknya naik terus gajinya. baik dan tidak bohong bukan? soal luasan kebaikan ayah kepada anak-anaknya yang hanya terbatas pada aparatnya, kita bisa mempersoalkan. apalagi, aparat yang dinaikkan terus gajinya ternyata tidak nyata kerjanya. sederhana saja ukuran tidak nyatanya kerja aparat negara. siapa yang mengungkap keluarnya gayus dari penjara mako brimob kelapa dua sampai 68 kali? siapa pula yang mengungkap plesirannya gayus ke luar negeri saat berstatus tahanan? bukan aparat negara, tetapi warga biasa yang memungkinkan naiknya gaji para aparat negara. aparat negara yang menerima kebaikan ayah terus-menerus justru seperti menghalang-halangi temuan warga biasa yang cinta pada negeri. tengok saja berapa lama polisi akhirnya mengungkap keluar masuknya gayus dari rumah tahanan mereka? setelah terdesak dan tidak lagi mampu mengelak, aparat negara baru merasa perlu mengakui. saya lantas heran dengan peran kebaikan ayah kepada anak-anaknya. kenapa kebaikan ayah yang harus perlu diujarkan di depan anak-anaknya sendiri itu justru berbuah kebohongan aparat negara? bagi saya, sangat tidak masuk akal jika kebaikan ayah dimaksudkan agar anak-anaknya kompak berhohong. tapi sudahlah. ayah yang baik memang pantas dihargai. apalagi sudah tujuh tahun, gajinya tidak beranjak dari posisi 62,5 juta per bulan. namun, menengok lagi ke belakang, tidak naiknya gaji presiden bukan hanya dialami pak beye. gaji presiden dengan posisi rp 62,5 juta per bulan dialami gus dur dan bu mega. soal kenapa gus dur dan bu mega tidak mengujarkannya di depan rakyatnya, kita sudah tahu semua. salam curhat. [caption id="attachment_86695" align="aligncenter" width="550" caption="peltu soekotjo dimakamkan di taman makam pahlawan bunga bangsa, pacitan, jawa timur. ayah pak beye atau biasa dipanggil si sus ini adalah pahlawan terkakhir pacitan dengan nomor urut 49b. (2001.wisnunugroho)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun