Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Yang Jujur Siapa

17 Januari 2011   13:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:28 2879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

watini (86) duduk di kursi tua. di atas kepalanya, tergantung foto besar yang dicetak dalam kanvas. di kanvas itu, tercetak pak beye dengan dua keponakannya. foto dalam kanvas itu diambil juru foto pribadi pak beye saat pak beye pulang kampung ke pacitan, april 2005. pak beye mengajak bu ani, mas ibas dan sejumlah pembantunya. itu adalah kesempatan pertama pak beye pulang kampung setelah jadi presiden. selain foto pak beye memegang dua keponakannya, di pendapa yang merupakan warisan ayah dari suami bu watini itu dipajang puluhan foto pak beye. sebelum tersesat dan terjerat tanya, saya sampaikan, bu watini adalah kakak dari pak soekotjo. bu watini anak kedelapan sementara pak soekotjo anak kesembilan dari 14 bersaudara. pak soekotjo adalah ayah dari pak beye. pendapa itu dianggap layak menampung puluhan foto pak beye. di pendapa itu, hampir seluruh masa pak beye di pacitan dihabiskan.  di sudut kiri pendapa itu, kamar seukuran badan yang ditinggali pak beye atau semasa di pacitan dipanggil si sus masih terawat. kasur dan tempat kasur masih terpelihara seperti sedia kala. meja kecil dari kayu dan gantungan pakaian masih berada di tempatnya. meskipun kecil ukuran, kira-kira sekitar 1,5x2 meter, kamar itu memiliki dua pintu. pintu pertama menghubungkannya ke pendapa. pintu kedua menghubungkannya dengan ruang keluarga. di rumah yang kondisinya saat ini masih seperti ketika si sus tinggal di sana, bu watini tinggal bersama  suaminya yang adalah kepala desa ploso, pacitan. meskipun sudah tergolong tua, ingatan bu watini masih segar soal keponakannya. sesekali matanya menerawang bercerita tengan kebiasaan pak beye yang dipanggilnya si sus ketika tinggal di rumahnya. tentang hobi si sus membaca. tentang kebaikan si sus mengajari teman-teman sebaya dan adik kelasnya tentang pelajaran sekolah. namun, ketika bu watini bercerita tentang kegembiraan si sus bersama teman-temannya mencari kayu bakar untuk keperluan budenya memasak, anak bu watini yang usianya setahun lebih tua dari si sus ikut campur. bu watini yang adalah ibunya dipersalahkan. menurutnya, si sus tidak seperti itu. si sus tidak pernah mencari kayu, apalagi disuruh mencari kayu untuk keperluan budenya memasak. saya yang ada di antara ibu dan anak itu terdiam mendengarkan keduanya. ada pertengkaran kecil di pagi yang sepertinya enggan dijemput siang lantaran mendung. dihembusi angin semilir yang dilontarkan daun-daun mangga, saya tersenyum ketika bu watini diluruskan anaknya. menurutnya, si sus istimewa karena anak tunggal seorang tentara yang menjabat sebagai komandan. tidak mungkin mencari kayu sampai ke tepi pantai seperti teman-teman sebayanya. menurutnya, meskipun tinggal bersama banyak keponakan bu watini yang lain, si sus tetap istimewa. sementara keponakan lain makan bersama-sama dari satu wadah, khusus untuk si sus, disediakan tempat khusus. nasi misalnya dipisahkan. sayur dipisahkan. lauk pun dipisahkan. semua diletakan di lemari makan. "anak komandan apalagi anak tunggal, tidak mungkin kami perlakukan sama. ibu itu salah dan sudah banyak pikunnya," ujarnya. bu watini yang mendengar itu bersungut-sunggut tidak terima. baginya, si sus sama saja dengan keponakan dan teman-teman sebayanya ketika tinggal di rumahnya. bu watini masih ingat bagaimana si sus mencari kayu bahkan dengan gerobak bersama teman-temannya untuk keperluannya memasak. semua dilakukan dengan ceria seperti keceriaan anak-anak yang masih mengakrabi dunia yang selalu diajaknya bermain. karena pertentangan tidak juga mereda, saya berdiri mengalihkan pembicaraan. saya tanya foto besar di sisi kanan bu watini. dengan ceria, bu watini bercerita tentang foto itu. saat pulang kampung pertama kali setelah jadi presiden, pak beye mengajak bu ani ke kamar sempit yang ketika remaja ditinggalinya. keduanya tertawa di depan kamera. senang mendapati tawa itu yang belakangan ini jarang sekali terlihat di tengah-tengah kita. persoalan negara mungkin menjerat mereka. cerita tentang foto bahagia dengan ekspresi tertawa itu mengalihkan perdebatan kecil bu watini dengan anaknya. saya menjadi lega. bu watini kemudian bercerita dengan senang hati tentang si sus yang dicintainya. si sus pun mencintai budenya. terbukti dari kunjungannya ke rumah dengan pendapa itu setelah menjadi presiden. di pendapa itu, pak beye menghampiri budenya. kehangatan terpancar di wajah keduanya. foto besar peristiwa ini dipajang juga di pendapa. saya ikut dalam kunjungan kerja pak beye ke pacitan. namun, untuk urusan pribadi seperti pergi ke makam ayahnya yang menjadi pahlawan terkahir pacitan dengan nomor 49b dan mengunjungi budenya, tak seorang pun wartawan diikutsertakan. bahasa birokratnya adalah acara internal. untuk acara internal ini, kerap kami bersyukur karena banyak waktu luang. namun, untuk acara internal yang menarik, kami atau setidaknya saya kerap menyesal jika tidak diikutsertakan. tapi sudahlah, halnya sudah berlangsung, bahkan lebih dari lima tahun. saya menerima juga. setelah mendapat penjelasan dan mendapati bu watini yang masih murah hati bercerita, saya bertanya. apa yang diharapkannya dari si sus keponakannya yang saat ini menjadi presiden indonesia. satu yang diharapkan bu watini adalah kejujuran. bu watini ingin si sus jujur menjalankan amanah yang dipercayakan rakyat kepadanya. dua kali terpilih menjadi presiden dalam pemilihan langsung bagi bu watini sudah cukup menjadi bukti kepercayaan rakyat kepada keponakannya. untuk mempertahankan kepercayaan dan mendayagunakannya, bu watini minta kejujuran tetap dijaga. salam jujur. [caption id="attachment_83735" align="aligncenter" width="640" caption="bu watini duduk di kursi tua di dapam pendapa rumah suaminya di ploso, pacitan. di pendapa itu ada kamar yang ditinggali pak beye saat remaja. (201.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_83736" align="aligncenter" width="560" caption="pendapa ploso, tempat tinggal pak beye setelah ayah dan ibunya bercerai. di pendapa ini, pak beye yang dipanggil si sus dididik pakde dan budenya. (2011.wisnunugroho)"]

1295272126663653623
1295272126663653623
[/caption] [caption id="attachment_83737" align="aligncenter" width="442" caption="pak beye mengajak bu ani menengok kamar tempat tinggalnya saat ikut pakde dan budenya di ploso, pacitan. pak beye dan bu ani datang ke kamar itu tahun 2005. (2011.wisnunugroho)"]
12952725641937197088
12952725641937197088
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun