Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pilot

2 September 2010   00:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:31 3109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ini bukan cerita tentang pengemudi pesawat seperti yang kemarin pagi mengantar saya dari jakarta ke jogja dengan nomor penerbangan ga204. meskipun ujaran pilot pengeudi pesawat tentang tertundanya pendaratan di bandar udara adisutjipto sekitar 15 menit menarik juga, saya menunda membagikannya kepada anda. pilot yang saya maksud kali ini adalah alat tulis. ya, ballpoint yang sangat populer dan menjadi kegemaran saya juga ketika masih duduk di sekolah menengah di kompleks kopassus, cijantung. anda yang tumbuh menjadi remaja di akhir tahun 1990-an seperti saya pasti menggemarinya juga. saya masih ingat, setidaknya lima dari 10 teman saya gemar memaki pilot juga seperti saya. saya sendiri menggemari pilot karena tiga alasan setidaknya. pertama, bisa diisi ulang. kedua, bisa diletakkan di saku kemeja untuk sedikit bergaya hahahaha. ketiga, terhindar dari kebocoran karena ada kenop pencet pengamannya. harga pilot memang lebih mahal dari ballpoint biasa atau tiruannya. namun, dengan tiga keunggulan itu, mahal pilot menjadi bernilai bagi saya. apalagi, saya dan beberapa teman bisa saling bertukar warna jika jenuh dengan warna yang sudah dipunya. anda punya bayangan tentang pilot yang saya bicarakan ini kan? kalau tidak juga, google mungkin bisa membantu anda. pilot ini tiba-tiba muncul di benak saya lantaran kemarin siang saya ditelepon seorang teman yang minta bantuan. teman yang bekerja di stasiun televisi itu minta saya menjadi penelepon untuk acara bincang dengan pak kalla. wah, pak kalla? begitu batin saya bersuara penuh heran saat permintaan bantuan itu terdengar telinga saya. apa ya pantas? itu jawaban saya. namun, karena tidak memaksa dan diminta bercerita tentang apa yang saya lihat dan alami, saya tidak keberatan juga. pukul 14.45, telepon saya berdering. saat diberi kesempatan bicara, saya bicara. tidak lama, karena tahu sendiri harga setiap detik di televisi. karena waktunya pendek atau tepatnya sangat pendek, saya tidak sempai bicara rinci tentang pilot. saya langsung menuju pada gaya kepemimpinan pak kalla yang saya lihat selama lima tahun menjadi pembantu pak beye. saya katakan, pak kalla adalah tipe pemimpin yang berani menghadapi masalah. tidak pergi apalagi lari jika masalah menghampiri. contohnya dua saya sebut. saat dihadang demonstran dengan pelantang pasca bencana di situ gintung, 2009, pak kalla menghadapi. pak kalla membaut demonstran terdiam karena ternyata tidak berbuat apa-apa selain berteriak-teriak dengan pelantangnya. contoh berikutnya, saat ribuan buruh tidak diterima di istana merdeka yang dipagari kawat duri di hari buruh, pak kalla keluar kantor menerima perwakilan buruh. dialog di tengah kepungan ribuan buruh dilakukan. kesepakatan didapat sebagai pegangan perjuangan bersama. tentu saja, saya bisa tidak cermat melihat. karena itu, untuk anda yang punya penglihatan dan pengalaman berbeda, silahkan berbagi saja. saya pasti senang mendapatinya. nah, pilot adalah soal lain dari gaya kepemimpinan pak kalla. karena tidak memungkinkan berbagi cerita pilot di televisi, saya bagikan saja ceritanya di sini untuk anda. sebagai pengusaha yang banyak usaha, harta benda, dan cerita samar-samarnya, pak kalla sederhana gaya kepemimpinannya di mata saya. kesederhanaan tidak saja terlihat dari tutur kata dan tindakan-tindakanya. saya kerap juga menjumpai kesederhanaannya dari pilihan-pilihan untuk barang-barang pribadi yang melekat di tubuhnya. kemeja misalnya. pak kalla yang kecil tubuhnya menjahitkannya sendiri di kebayoran lama. tidak bermerek tentunya. untuk kesederhanaan ini, beberapa pejabat juga melakukannya. setahu saya, pak boed juga melakukan hal yang sama. kalau sedikit jeli saja, pak boed selalu mengenakan kemeja lengan pendek putih yang sama potongan dan posisi kantonnya. senang juga melihat teladan kesederhanaannya. sayangnya, saya tidak lagi kerap main ke istana sehingga tidak bisa bertanya pada pak boed di mana menjahit kemejanya. hal lain yang selalu melekat di kemeja pak kalla seperti sudah saya sebut di kata pertama adalah pilot. berbeda dengan banyak pejabat yang senang dengan ballpoint yang mereknya diiklankan di majalah-majalah impor yang kini membanjiri kita, pak kalla setia dengan pilotnya. bahkan, sampai sekarang juga ketika palang merah indonesia memintanya mengerahkan pikiran dan tenaga. selain ballpoint pilot, pak kalla selalu membawa notes seukuran kepalan tangannya yang kecil. ukuran notes yang kecil selain mudah digenggam juga mudah disimpan di saku kemeja. setiap jumpa pers usai jumatan di kantor wakil presiden, saat pertama duduk, pak kalla selalu mengeluarkan notes dan ballpoint pilotnya. sambil senyum dan bertanya kabar kepada kami semua tentunya. tiap pertanyaan yang diajukan wartawan dicatatnya. namun, untuk setiap pertanyaan yang salah datanya, pak kalla tidak enggan langsung memotong dan menghentikan pertanyaan. meskipun diberi kebebasan bertanya apa pun juga, para wartawan perlu berpikir dan menyiapkan data ketika hendak bertanya kepada pak kalla. tidak tepat atau keliru bertanya, pak kalla pasti tidak enggan memotongnya. ballpoint pilot kerap tanpa sadar dipakainya untuk menunjuk dan memotong pertanyaan yang tidak berdasar data. catatan pak kalla dengan ballpoint pilot dan notesnya ternyata banyak dan akurat juga. tidak hanya saat jumpa pers, pilot dan notes kecil juga selalu di bawanya saat bertatap muka atau berdialog dengan rakyat di mana pun juga. dengan kesederhanaan ini, jika ada di senayan sana, pak kalla pasti menolak rencana pembangunan gedung dpr yang menelan biaya rp 1,6 triliun banyaknya. biaya sebanyak itu tentu belum termasuk biaya furnitur, perawatan, dan kecenderungan dprd mengikuti apa yang terjadi di jakarta. salam pilot. [caption id="attachment_246429" align="alignnone" width="500" caption="pak kalla dengan gayanya. tidak pernah pergi apa lagi lari saat masalah menghampiri. (kompas/yuniadi agung)"][/caption] [caption id="attachment_247377" align="alignnone" width="500" caption="pak kalla dengan pilot dan notesnya saat berdialog terbuka dengan pengurus pgri. (2009.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_247379" align="alignnone" width="500" caption="pak kalla dengan pilot disakunya didampingi anggota tim suksesnya dalam pilpers 2009 di makassar. (2009.wisnunugroho)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun