Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Di Cikeas Udik

2 Agustus 2010   12:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:22 3137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ya. di cikeas udik. enam tahun lalu. tepatnya, 19 agustus 2004. saat itu, cikeas belum terkenal seperti sekarang. apalagi cikeas udik yang jaraknya masih sekitar lima kilometer dari cikeas, tempat pak beye, bu ani, mas agus, dan mas ibas tinggal sejak tahun 1996.  namun, dari cikeas udik itu, langkah awal pak beye bermula. dari cikeas udik, upaya pak beye menuju istana yang dipupuk bersama dengan banyak pendukungnya seperti pak achmad mubarok dan bu hartati murdaya mendapatkan pijakannya. ya, cikeas udik. nama desanya sebenarnya bojong nangka di wana herang, bogor, jawa barat. namun, kehadiran cikeas baru dengan magnet puri cikeas indah yang ditinggali pak beye dan beberapa jenderal membuat wana herang terlihat udik. mungkin karena itu, wilayah wana herang dikenali sebagai cikeas udik. lantas apa pijakan pak beye di cikeas udik untuk langkahnya menuju istana? untuk pijakan di cikeas udik ini, pak beye memang perlu berterima kasih kepada pak heru lelono. anda pasti masih ingat dengan pak heru. ya, pak heru adalah sahabat lama pak beye, jauh sebelum banyak "laron" berkerumun di terangnya neon cikeas. oleh pak heru, pak beye diantar ke rumah bambu di tengah ladang yang didiami pak mayar. seperti sudah saya ceritakan dalam postingan sebelumnya, pak mayar adalah peladang miskin yang didatangi pak beye dan tim kampanyenya untuk melawan kampanye bu mega yang berpasangan dengan pak hasyim muzadi. sementara bu mega mengusung koalisi kebangsaan dan mendeklarasikannya di hotel berbintang, pak beye mengusung koalisi kerakyatan dan mendeklarasikannya di rumah bambu pak mayar yang masih berlantai tanah. pertemuan pak beye dan pak mayar mengharukan. meskipun telah disiapkan untuk konsumsi media, pertemuan itu tetap saja mengharukan bagi saya. saya manggut-manggut menyaksikan dialog yang terjadi. apalagi, pak hasan ma'ruf yang duduk di samping pak mayar berujar, "wah seperti ada bidadari turun dari khayangan. jangankan calon presiden, calon kepala desa saja tidak pernah ada yang mendatangi kami seperti ini." saya selalu terharu jika mengingat kejadian itu. terlebih melihat apa yang kemudain terjadi pada pak mayar yang saat duduk berdampingan dengan pak beye hanya bercelana pendek tanpa alas kaki. setelah pak beye ke istana lantaran mampu mengalahkan bu mega, pak mayar tidak bertambah baik nasibnya. rumah yang dipakai untuk deklarasi koalisi kerakyatan untuk melawan koalisi kebangsaan dijual karena desakan kebutuhan. tapi, pak mayar tidak kecewa atau menyurutkan dukungan. pak beye tetap diberinya apresiasi lantaran pemaklumannya akan banyaknya persoalan negara yang harus diurus pak beye. saat anak-anak dan cucu-cucunya tidak beranjak membaik nasibnya, pak mayar juga tidak kecewa atau menyalahkan pemerintah yang didukungnya. pak mayar masih menunggu giliran dengan sabar karena yakin, banyak persoalan lain yang harus diurus pak beye dan aparatnya. kalau sekarang kita menengok cikeas udik, perubahan memang sudah banyak terjadi. infrastruktur seperti jalan dan fasilitas umum dibangun. namun, penduduk asli seperti pak mayar justru tidak menikmati. mereka hanya menikmati sesaat saja saat harus merelakan tanah atau ladang garapan dijual dan mendapat uang seketika. setelah itu, persoalan mereka makin rumit. untuk kerumitan itu, mereka tidak menyalahkan pemerintah apalagi pak beye. terbukti, pak beye masih mereka pilih dan kini masih tetap tinggal di istana. semoga saja kesetiaan rakyat ini mengingatkan kembali pijakan awal pak beye saat hendak ke istana enam tahun lalu. salam setia. [caption id="attachment_213568" align="alignnone" width="500" caption="mengharukan pertemuan pak beye dengan pak mayar ini saat kampanye pilpres 2004. pemimpin seharusnya memang dekat dengan rakyat yang setia dan banyak menaruh harap. (2004.wisnunugroho) "][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun