mungkin kebetulan semata. karenanya, tidak perlu kita mencoba mencari kaitannya. kita terima saja kebetulan ini sambil terus berpikiran positif. berpikiran positif seperti kerap diminta para pejabat negara bisa membuat tenang hidup kita. kalau tidak percaya, coba saja. tidak usah mencari persoalan lama yang jauh dari ingatan kita untuk mencoba mempraktikkan pentingnya pikiran positif kita. tengok saja persoalan kemarin yang membuat banyak orang uring-uringan. ya. pengurangan hukuman dan pembebasan para maling uang negara. maaf saya tidak menggukan kata koruptor karena terlalu santun untuk dilekatkan pada maling uang negara. anda boleh tidak sepakat tentunya. coba saja praktikkan pikiran positif kita untuk bebasnya pak aulia pohan, besan pak beye yang amat rindu dengan cucunya. pasti hidup anda lebih tenang tanpa prasangka. apalagi, pikiran positif itu digabung dengan empati anda akan datangnya hari raya. menyenangkan pastinya menyaksikan pak pohan bersilaturahmi dengan keluarganya dan besannya di istana. apalagi, silarutahmi itu tanpa seragam cap tahanan yang mungkin mulai bisa dikenali cucunya. namun, kalau anda masih ingin berpikiran negatif, itu sepenuhnya terserah anda. saya hanya meneruskan ajakan para pejabat kita yang baik hati tentunya dan meminta kita berpikiran positif. kembali ke soal kebetulan di awal tulisan ini. sebetulnya, ini cerita lama. namun, karena cerita ini masih berlangsung sampai sekarang dan banyak yang tidak tahu, saya bagikan kepada anda. untuk anda yang sudah tahu atau bahkan lebih tahu, silahkan menambahkannya di kolom tanggapan. saya akan menerima dengan lapang dada. untuk melengkapi tulisan ini, seperti biasa saya sertakan foto-foto untuk membantu anda. tidak istimewa foto-fotonya. tetapi tetap saja saya bagikan. syukur-syukur bisa membantu anda. kantornya ada di jalan pemuda, jakarta. nomor kantornya 34 atau sam soe sebutan dagangnya. meskipun 34 nomor kantornya, saya belum mendapat konfirmasi dari orang-orang yang saya coba hubungi mengenai angka 234 di salah satu kolomnya. di harian yang saat periode pertama dan awal-awal periode kedua didominasi warna biru ini, ada kolom jendela 234. kolom jendela 234 ini rutin seperti juga kolom 0,0 kilometer yang diisi pak andi mallarangeng dan kolom ekuilibrium yang diasuh pak denny indrayana. anda pasti tahu siapa pak andi dan pak denny. keduanya cukup terkenal. terlalu kalau anda sampai tidak menetahui siapa mereka. memang pernah ada kabar, seorang pengusaha rokok ternama dan masuk jajaran terkaya menginvestasikan uangnya ke media. namun, karena tidak jelas juga bentuk kabar itu, tidak usah mengaitkan media ini dengan pengusaha ternama dan terkaya itu. meskipun pernah ada rolls royce bernomor polisi 234 di halaman istana kepresidenan, jangan juga mencoba mengaitkannya dengan penghuni istana. meskipun harian itu banyak menyuarakan kepentingan penghuni istana, lebih baik kita terima semua sebagai kebetulan semata. harus kita sadari sejak awal, banyak kebetulan terjadi di tanah air kita tercinta. syukur saat mendapati kebetulan itu dan berpikiran positif pasti lebih menenangkan anda. hanya saja, yang masih membuat saya belum tenang meskipun telah berpikiran positif adalah hadirnya kolom jendela 234. apa acuannya ya? kalau mengacu pada nomor kantor di jalan pemuda jakarta, harusnya kan 34. lha, ini kok 234. jendela pula. apa nama ini sebuah tanda? anda pasti tahu fungsi jendela kan? tentu saja selain sebagai sarana untuk sirkulasi udara. kalau tidak tahu, silahkan japri saya. dengan senang hati saya akan menjawabnya. salam tanda. [caption id="attachment_236345" align="alignnone" width="500" caption="jurnal nasional, salah satu materi yang dipakai untuk logistik kampanye pak beye di gelora bung karno, jakarta. anda bisa membaca judul berita utamanya kan? (2009.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_236347" align="alignnone" width="500" caption="banyaknya logsitik kampanye pak beye membuat para peserta kampanye membawanya pulang hingga berlipat jumlahnya. termasuk tentu saja jurnal nasional. (2009.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_236350" align="alignnone" width="500" caption="lelah meskipun digendong dan menggendong. jurnal nasional tetap di tangan meskipun lelah mendera. (2009.wisnunugroho) "][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H