Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Gurita di Pasar Loak

6 Juli 2010   07:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:03 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

jangan meremahkan pasar loak. namanya mungkin terkesan tidak keren. namun jangan terkecoh karena kesan apalagi citra yang bisa dipoles dengan mudahnya. untuk sebagian orang yang jeli, pasar loak bisa menjadi tambang emas. bahkan berlian. karena itu, tidak heran jika pasar loak atau kalau di jogja dikenal sebagai pasar klithikan selalu saja ramai pengunjung. bisnis urusan "sampah" ini menjadi berkah bagi banyak orang. pemulung, pedagang, dan pembeli bisa mendapat berkah dari sampah yang dibuang atau dijual murah pemiliknya. di pasar loak, sejarah sesungguhnya bisa dibaca. bahan bacaanya terserak. tidak hanya di rak-rak yang rapi, tetapi juga di emperan atau bahkan teronggok di lantai berdebu. namun, apa pun wadahnya, sejarah tetap sejarah. sejarah hadir apa pun wadahnya. untuk guru sejarah yang kurang bahan dan metode mengajar, pasar loak bisa dijadikan tempat pembelajaran. murid bisa diajak mengenali puncak-puncak capaian peradaban manusia lewat barang-barang loak yang terserak. tiap barang pasti ada kisahnya. selain kisah, ada pula nama besar yang berkisah di baliknya. pembelajaran pasti menjadi lebih menyenangkan. murid yang pernah saya ajar kerap kegirangan ketika saya ajak mereka ke luar kelas untuk materi pelajaran yang saya bawakan. kembali ke pasar loak. karena senang mengenang capaian suatu masa atau peradaban, saya selalu meluangkan waktu untuk pergi ke pasar loak saat berada di suatu kota. saya bukan kolektor, tetapi saya menikmatinya. di pasar loak, saya kerap terhibur mengenang masa lalu saya saat melihat atau memegang lagi barang-barang yang sudah tidak ada lagi di tangan saya. ya, barang bekas. saya tersenyum misalnya saat mendapati perangko bekas gambar pak harto tertempel di amplop yang masih utuh meskipun lusuh. perangko dan amplop itu mengingatkan saya saat masa-masa sma dan berani pacaran untuk pertama kalinya. anda yang tumbuh menjadi remaja di awal 1990-an pasti punya kenangan yang sama. ya, dengan amplop dan perangko gambar pak harto, saya mengirim surat untuk perempuan yang saya taksir. geli saya mengenangnya. cukup lama saya mengamati amplop berperangko pak harto itu. saya tersadar, amplop dan perangko sebagai sarana pacaran tampaknya tinggal sejarah saja. kejam memang. namun, itulah tanda capaian sebuah peradaban. sebenarnya belum lama juga. namun, sejarah tetap sejarah meskipun jaraknya hanya satu hari atau satu jam saja. masih banyak kegembiraan yang saya dapati di pasar loak. kegembiraan yang hampir tidak pernah saya jumpai kalau pergi ke pasar modern seperti mal atau plaza. meskipun ada juga mal atau plaza yang juga menjual barang bekas, suasana pasar loak tidak bisa hadir di mal atau plaza. karena ingin mendapati kegembiraan saat harus tugas ke medan sendirian, pasar loak lantas menjadi tujuan saya. setelah tanya beberapa orang dan mendapat rekomendasi, pasar loak buku di kawasan taman merdeka medan menjadi tujuan. setelah bangun pagi (agak siang sebenarnya), sarapan, dan menenteng seli sari kamar, saya keluar hotel. jaraknya sebenarnya dekat dari tempat saya menginap. namun, karena memakai seli dan sendiri, saya memilih jalur panjang sambil putar-putar kota medan. agak panas tetapi tetap nyaman. apalagi merasakan sensasi angin sepoi-sepoi yang seperti menampar-nampar pipi saat menunggangi seli. anda yang sudah lama tidak besepeda pasti akan iri mendapati sensasi ini. untuk itu, bayangkan saja rasanya tamparan angin sepoi-sepoi di pipi saat menunggangi seli. hihihihihihi. sampai di lapangan merdeka, saya langusung menuju pasar loak buku. tidak terlalu ramai sebenarnya karena sejumlah kios masih tutup. tapi lumayan juga. begitu masuk gerbang, banyak pedagang menghampiri saya. mereka mengira saya hendak menjual buku bekas karena tas besar ada di balakang seli saya. setelah saya katakan tidak, mereka meninggalkan saya. setelah minum air mineral yang saya bawa di seli, saya selonjoran di pasar loak yang teduh itu untuk istirahat sejenak. sambil melongok ke kanan dan ke kiri, mata saya tertuju pada kios yang tempat ada di depan mata saya. saya tersenyum mendapatinya. dengan kamera pinjaman kantor, saya jepret apa yang membuat saya tersenyum. tentu saja, hasil jepretan ini saya bagikan kepada anda agar anda ikut tersenyumu juga. setelah beberapa kali jepret, saya berdiri menghampiri penjualnya. saya tanya berapa harga buku membongkar gurita cikeas yang disusun pak george junus aditjondro. anda masih ingat kan buku yang sempat menghebohkan negeri ini? kalau ingat, pasti anda tersenyum juga. selain menyebut harga, pedangangnya juga menawarkan dua seri buku untuk "menjawab" buku yang disusun pak aditjondro. ngomong-ngomgong, gurita itu apa kabarnya ya? anda yang pendek ingatannya seperti saya pasti belum lupa cerita tentang gurita itu? anda yang tahu bagaimana kabar gurita itu, tolong beri tahu saya. saya pasti senang mendengarnya. salam gurita. [caption id="attachment_186792" align="alignnone" width="500" caption="buku yang disusun pak aditjondro di jual di pasar loak, medan. setelah heboh se-indonesia raya dan kemudian hilang begitu saja, gurita itu apa kabarnya ya? (2010.wisnunugroho)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun