meskipun tubuhnya besar, jarang saya melihat pak beye berkeringat. apalagi keringat itu deras becucuran. namun, jarang tidak berarti tidak pernah. pernah. bahkan beberapa kali. dan dari kejarangan itu, keringat pak beye sering saya jumpai ketika masa kampanye. saya tidak hendak mengaitkan keringat dan kampanye lalu kemudian membuat kesimpulan bahwa pak beye berkeringat hanya saat kampanye. tidak. dalam kesempatan lain, saya juga mendapati pak beye berkeringat. kali ini bahkan bercucuran. cucuran keringat itu tidak hanya keluar dari pori-pori kulitnya ketika kampanye saja, tetapi ketika asyik makan. seperti kebanyakan dari kita, pak beye juga berkeringat saat makan. apalagi ketika melahap masakan padang yang rupa-rupa bumbu dan sambalnya. usai sebuah kunjungan kerja atau inspeksi mendadak yang saya heran kenapa sekarang jarang dilakukan, pak beye kerap berhenti mencari makan. tentu saja, kami-kami dan anggota tim hore lainnya diajak serta. saat makan inilah, keringat pak beye bercucuran. kembali ke soal keringat saat kampanye. keringat pak beye deras bercucuran ketika rangkaian kampanye pilpres 2009. mungkin karena cucuran keringat inilah pak beye bisa menang telak hanya dalam satu putaran.  terkait dengan keringat itu, pak beye merasa rakyat perlu tahu. karena itu, saat kampanye di gelanggang olahraga rumbai, pekanbaru, riau, tahun lalu, pak beye menunjukkan keringatnya kepada rakyat yang dikumpulkan tim kampanyenya. rakyat yang hendak diminta memberi dukungan pun tersentuh. beberapa ibu-ibu dibuat tersipu-sipu dan klepek-klepek karenanya. terlebih, saat sambil membasuh keringat di dahi, pipi, dan lehernya, pak beye berujar tentang cinta. "mohon maaf, saya basuh keringat dulu. ini saking cintanya saya pada rakyat." duweerrrrr. semua ikut tertawa juga para pria. namun, setelah berada di istana, jarang saya melihat pak beye berkeringat seperti semasa kampanyenya. saya yakin, pasti bukan karena pak beye tidak berkeringat di istana. sangat mungkin, intensitas pertemuan saya yang tak seberapa membuat saya tidak bisa melihat keringat pak beye di istana. karena itu, tidak saya lihatnya pak beye berkeringat di istana, jangan lantas disimpulkan pak beye tidak cinta lagi kepada rakyat setelah berkuasa. selain keringat dan cinta di pekanbaru, keringat pak beye juga mengucur deras saat kampanye di stadion sepuluh nopember, surabaya. di daerah pemilihan mas edhie baskoro yudhoyono, putra bungsunya , pak beye memperkenalkan anaknya yang sama sekali tidak bicara. karena tidak sepatah kata pun bicara, saya tidak melihat mas ibas berkeringat. meskipun tanpa keringat, perolehan suara mas ibas juara se-indonesia. bagaimana coba kalau mas ibas berkeringat untuk kampanyenya. mungkin bisa juara dunia kali ya? hahahahaha keringat pak beye berikutnya saya jumpai juga saat pak beye menjumpai rakyat yang memproduksi makanan kegemarannya yaitu tahu sumedang. bukan di sumedang, tetapi di medan, sumatera utara. wajan raksasa yang penuh minyak panas berikut tahu sumedang ngambang dan kerumunan massa membuat pak beye berkeringat luar biasa. baju biru andalannya pun basah. singlet putih tidak mampu menahan laju keringat dari badannya. untuk keringat yang bagi kebanyakan perempuan bisa melunturkan alas bedak itu, beruntung ada bu ani yang siap sedia dengan tisu basah dan handuk putih kecil. keringat yang mengucur dari dahi, pipi, dan lehet disekanya segera. ini baru tanda cinta yang nyata hadir di depan mata saya. karena cinta ini, penampilan pak beye tetap terjaga. kapan anda terakhir bercucuran keringat? kalau saya, baru saja setelah sekitar 30 menit menunggangi seli tercinta di jogja. ayo tunjukkan cucuran keringat anda sebagai tanda cinta seperti pak beye telah memberi contoh kepara peserta kampenyenya. salam cinta. [caption id="attachment_66151" align="alignnone" width="500" caption="keringat mengucur deras saat pak beye kampanye di medan, sumatera utara. bu ani dengan tisu basah dan handuk putih kecil hadir selalu untuk menyeka. (2009.wisnunugroho)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H