[caption id="attachment_2853" align="alignnone" width="500" caption="tampilan pangung kampanye pak beye yang sudah banyak berubah dengan mengadaptasi rasa lokal (wisnunugroho.kompasiana.com) "][/caption] ini cerita tidak penting soal warna. dalam politik di belahan dunia mana pun, warna telah menjadi identitas setiap pribadi atau kelompok. tidak hanya pribadi dan kelompok politik, masing-masing bangsa juga dikenal dan diidentikkan dengan warna-warna tertentu. untuk soal warna itu, ada yang berubah ketika putaran ketiga kampanye pak beye dimulai, 20-22 Juni 2009. setelah putaran pertama dan kedua kampanye dimulai dari malang, kendari, kupang, dan lampung, di putaran ketiga meliputi pekanbaru, medan, dan padang tidak lagi terlihat warna biru dan bintang-bintang. dalam kampanye pak beye di empat kota sebelumnya, bahkan ketika kampanye pertama kali dibuka di jakarta, warna biru dan taburan bintang berbagai ukuran merambah ke mana-mana bersanding warna merah dan putih. taburan bintang di karpet biru yang disorotkan berputar-putar ke seluruh ruangan dengan head-lamp kini terlarang. beberapa alasan dikemukakan ketika warna biru dan bintang-bintang itu dipertahankan dan kemudian dilarang. saat dipakai dan coba dipertahankan, ceo foxindonesia pak choel mallarangeng mengatakan, "apa salahnya dengan bintang. tiap malam langit biru kita bertaburan bintang. partai-partai kita juga banyak yang memakai bintang. pkb bahkan pakai sembilan bintang." meskipun tidak ada salahnya dan menurut pak choel lumrah-lumrah saja, taburan bintang lewat head-lamp kini terlarang di panggung kampanye pak beye. pertama warna biru dan taburan bintang dari head-lamp itu menghilang pertama kali saat pak beye berkampanye di pekanbaru, riau. karpet warna biru yang sebelumnya melapisi permukaan lantai stadion kini juga diganti warnanya. warna abu-abu adalah penggantinya. warna biru masih disisakan tetapi tinggal sedikit yaitu khusus di panggung segi enam tempat pak beye berdiri memakai podium untuk berkampanye. di panggung segi enam berkarpet biru dan berhias kain merah dan putih merenda itu, head-lamp tentu saja masih boleh ditembakkan. namun, bukan bintang-bintang yang ditembakkan. bintang-bintang diganti kotak, bulat, bunga, dan ornamen seperti coretan etnis dayak. warna biru di samping warna merah dan warna putih penutup tembok dan seluruh ventilasi kini juga hilang. warna kain-kain lokal yang kaya corak dan warnanya kini jadi hiasan. hilangnya warna biru dan taburan bintang-bintang membuat panggung sedikit kurang wah memang. namun, keindonesiaan lebih terasakan lewat warna merah dan putih serta kain-kain lokal hasil kerja keras tangan-tangan terampil indonesia. coba, apa bayangan anda jika warna merah, putih, dan biru dipertahankan dengan taburan bintang-bintang? selamat membayangkan sambil berakhir pekan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H