Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sudahlah Nak...

23 Februari 2010   08:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:47 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bagaimana sejatinya cinta, saya menemukannya dari sosok ibu. pengalaman anda bisa saja berbeda atau bahkan bertentangan juga. tidak mengapa. cinta sejati dan pelajaran yang dibawanya bisa kita temukan di mana saja. ibu adalah salah satunya saja. seperti sinar matahari yang diberikan cuma-cuma dan merata baik ke pendosa dan pendoa, begitulah kasih sayang seorang ibu yang saya alami. untuk anak-anaknya yang penurut maupun pembangkang, ibu tetap berlaku sama. bentuk perlakuan fisik ibu kepada kami mungkin berbeda dan kerap membuat masing-masing dari kami iri juga. namun, setelah memahami kedalaman makna pilihannya, perlakuan ibu tetaplah sama dan tanpa syarat memberikan cintanya kepada kami anak-anaknya. begitu juga ketika kami beranjak dewasa dan mulai merasa bisa melebihi ibu yang ada di depan mata. ibu rela menerima dicampakkan dan merelakan kami pergi dengan tetap memberi restu dan doa. begitu juga saat kami pulang karena kelelahan, kalah, dan tak berdaya lantaran terlalu besar kepala, ibu menyambut kami dengan tangan terbuka. peluk hangatnya membasuh lelah, perasaan kalah, dan tak berdaya. meskipun tanpa kata-kata, sejuta kalimat yang pernah diujarkan ibu sewaktu kami melawannya seperti kembali terputar di kepala dan membuat kami berterima. tatapan mata teduh dengan usapan telapak tangannya menanangkan dan membasuh dahaga karena luka. di dalam pelukannya, kami biasa mengadu soal apa saja. soal keluhan kami yang kerap tak berdaya dan mimpi-mimpi yang gagal mewujud nyata. tanpa banyak bicara, ibu kembali mengusap punggung kami sambil hanya berkata, "sudahlah nak..." tangan terbukanya, tatapan teduh matanya, pelukan hangatnya, usapan telapak tangannya, dan hemat kata-katanya membuat kami kembali bertenaga. terima kasih ibu. [caption id="attachment_79939" align="alignnone" width="500" caption="pak beye sungkem kepada ibu kandungnya siti habibah di ruang raden salah istana merdeka. ibu mertuanya menunggu di sisi kananya. (2005.wisnunugroho)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun